Penggunaan sabun dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak asing lagi, terutama sesuai dengan fungsi utamanya, yaitu sebagai pencuci. Berbagai jenis sabun ditawarkan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mulai dari sabun cuci (krim dan bubuk), sabun mandi (padat dan cair), sabun tangan (cair), serta sabun pembersih peralatan rumah tangga (cair dan krim). Membuat sabun sebetulnya bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu sulit untuk dilakukan karena selain mudah pengerjaannya, biaya pembuatannya pun relatif murah dengan bahan-bahan yang mudah pula didapat. Mengingat hal tersebut dan perannya yang begitu penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari membuat sabun sendiri dapat dipandang sebagai suatu kegiatan ekonomi yang bisa cukup menguntungkan, baik untuk penghematan maupun untuk menambah penghasilan bila dikelola dengan baik dalam bentuk industri rumah tangga.
2 PENGGOLONGAN SABUN
Ditinjau dari bahan dasarnya sabun dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
1) Sabun yang dibuat dari asam lemak dan logam yang digaramkan. Logam yang digunakan biasanya dari jenis logam alkali, misalnya natrium dan kalium. Jenis sabun yang dihasilkan di antaranya adalah sabun mandi padat dan krim.
2) Sabun yang dibuat dari bahan dasar zat aktif permukaan (ZAP). Jenis ZAP yang digunakan biasnya dari jenis anionik dan menghasilkan sabun dalam bentuk cair. Makalah ini akan menjelaskan cara pembuatan sabun dari golongan yang kedua, yaitu dari zat aktif permukaan. Zat aktif yaitu dari zat aktif permukaan. Zat aktif mengubah tegangan permukaan suatu larutan. Sifat-sifat khusus ZAP adalah pembasahan, daya busa, dan daya emulsi. Zat aktif permukaan anionik adalah zat aktif permukaan yang akan terionisai dan membawa muatan negatif bila dilarutkan dalam air. Salah satu contohnya adalah alkil benzena sulfonat. Senyawa ini memiliki rantai lurus panjang yang bercabang dan dibuat dengan mereaksikan parafin dengan benzena. Beberapa sifatnya yang terpenting adalah : tahan sadah karena tidak mengandung gugus karboksilat dan tahan asam maupun alkali. Sebagai contoh misalnya alkil benzo natrium sulfonat.
3 PENCUCIAN
Pencucian adalah proses membersihkan suatu permukaan benda padat dengan bantuan larutan pencuci melalui suatu proses kimia-fisika yang disebut deterjensi. Sifat utama dari kerja deterjensi adalah membasahi permukaan yang kotor kemudian melepaskan kotoran. Pembasahan berarti penurunan tegangan muka padatan-cair. Pencucian ataupermukaan dan antar penglepasan kotoran berlangsung dengan jalan mendispersikan dan mengemulsi kotoran, lalu dengan bantuan aksi mekanik kotoran menjadi terlepas dari permukaan benda padat. Kotoran padat dapat melekat karena adanya pengaruh: ikatan minyak, gaya listrik statik, dan ikatan hidrogen. Penambahan sedikit alkali membantu daya deterjensi dari sabun, tetapi dapat mendorong terjadinya hidrolisa. Alkali digunakan untuk menjaga pH larutan. Deterjen cair biasanya menggunakan bahan pelarut organik sebagai pelengkap dan penambah daya deterjensi dan diperlukan untuk kotoran-kotoran yang sulit dihilangkan atau berlemak.
4 ZAT PEMBANTU DAN PENGISI
Dalam pembuatan sabun peran zat pembantu dan pengisi sangat besar karena akan sangat menentukan mutu dan kenampakan sabun yang akan dijual. Zat-zat yang biasa digunakan adalah:
1) Garam, berfungsi sebagai pengental.Semakin banyak jumlah garam yang Semakin banyak jumlah garam yang sabun maka sabun yang dihasilkan akan semakin kental.2) Alkali, pengatur pH larutan sabun dan penambah daya deterjensi.
3) Zat pemberi busa, untuk meningkatkan pencucian yang bersih, sebab tanpa busa
kemungkinan besar sabun telah mengendap sebagai sabun kalsium atau sabun tidak larut lainnya.
4) EDTA, sebagai pengikat logam sadah dan pengawet.
5) Pewangi, untuk memberikan aroma tertentu sesuai selera dan meningkatkan daya tarik serta daya jual sabun.
6) Zat warna, memberi warna pada sabun agar mempunyai penampilan menarik.
5 PEMBUATAN SABUN
5.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat sederhana seperti: piala gelas atau wadah apapun yang dapat digunakan untuk mencampur larutan persiapan sabun asalkan bersih, alat timbangan, pengaduk, dan wadah bersih, alat timbangan, pengaduk, dan wadah untuk mengemas sabun yang dihasilkan (botol-botol).
Bahan yang digunakan adalah:
1) Alkil benzena sulfonat (ABS)
2) Soda kostik (NaOH)
3) Zat pemberi busa (Texapon)
4) Garam dapur (NaCl)
5) Zat warna direk
6) EDTA
7) Pewangi: Jasmine, Blueberry, Lemon, Rose
5.2 Cara Kerja
5.2.1 Sabun Pencuci Cair
Resep
Larutan induk : 67%
Zat pembusa : 7%
Garam dapur : 1%
Zat warna : secukupnya
Pewangi : 0,5%
Air : 24,5%
Total 100%
Larutan induk
ABS : 24%
Soda kostik : 6%
Air : 70%
Total 100%
Cara Kerja
1) Mula-mula larutan induk disiapkan sebanyak 1000 ml. 240 ml larutan ABS dimasukkan ke dalam 700 ml air sambil diaduk-aduk, lalu ditambahkan ke dalamnya larutan soda kostik sebanyak 60 ml. Pengadukan dilanjutkan hingga diperoleh larutan homogen.
2) Untuk membuat sabun mula-mula zat warna dimasukkan ke dalam air sesuai dengan resep yang telah ditetapkan dan diaduk hingga terlarut sempurna.
3) Selanjutnya ke dalam larutan zat warna ditambahkan berturut-turut zat pembusa, garam dapur, larutan induk, dan pewangi sambil terus diaduk-aduk hingga diperoleh larutan homogen.
6 HASIL DAN DISKUSI
Beberapa hal yang dapat dikemukakan dari hasil pembuatan sabun sebagaimana diterangkan di atas adalah bahwa penggunaan ABS ternyata kurang memberikan hasil yang memuaskan karena ABS memiliki warna dasar (coklat) yang mengganggu penampilan warna sabun yang dihasilkan. Disamping itu, penggunaan ABS juga kurang baik ditinjau dari aspek pelestarian lingkungan karena senyawa ini sulit didegradasi oleh alam sehingga akan tinggal dan menumpuk di badan-badan sungai menimbulkan pencemaran lingkungan. Sebagai gantinya bisa digunakan lauril alkil sulfonat (LAS) yang lebih mudah dibiodegradasi. Pengujian pH memperlihatkan bahwa sabun yang dihasilkan ternyata memiliki pH asam, padahal sabun seharusnya bersifat alkalis. Untuk memperbaikinya perlu penambahan alkali atau larutan induk. Terlepas dari kekurangan-kekurangan tersebut hasil percobaan telah menunjukkan bahwa membuat sabun tidak sesulit yang dibayangkan. Bahan-bahannya pun relatif mudah didapat dan murah. Dengan menggunakan bahan dasar yang lebih ramah lingkungan dan sedikit modifikasi resep untuk mendapatkan sifat dan kenampakan yang diinginkan, membuat sabun cair baik untuk cuci pakaian maupun cuci tangan sangat mungkin untuk dilakukan pada skala rumahtangga sebagai usaha penghematan maupun industri rumahtangga untuk menambah penghasilan.
byhttp://cara-buat-sabun.blogspot.com/2008/11/penggunaan-sabun-dalam-kehidupansehari.html
Minggu, 01 Januari 2012
cara membuat sabun cuci piring
Diposting oleh Nobon Enterprise di 16.55 0 komentar
Label: home worked
Rabu, 10 Agustus 2011
Pelembut Pakain
Pelembut & Pewangi Pakaian - Formula dan Resep Cara Membuat Pelembut Pakaian.
Teknik Produksi
Bahan:
Supersoft 200-300gr
Parfum Snappy/ Ocean Fresh 6-12cc
Fixative 6cc
Methanol + Pewarna secukupnya
Aquadest / Air Hangat 700 – 800cc
Cara Membuat:
1. Tuang Supersoft dalam wadah plastik
2. Tambahkan Air Hangat sedikit demi sedikit, campur hingga rata
3. Pada Wadah yang lain campukan Parfum, Fixative, Methanol & Pewarna
4. (2) + (3) Aduk Rata
5. Siap Dikemas
Untuk produksi dalam Jumlah besar bisa memakai Mixer Low Speed
Bahan Aktif pelembut Pakain:
Supersoft adalah bahan baku utama untuk pembuatan softener pakaian atau pelembut pakaian. Bentuknya pasta putih kental.Larut dalam air hangat. Pada pembuatan Softener sejenis molto, Supersoft tinggal dilarutkan didalam air hangat dan diberi Parfum Khusus untuk softener.
Ionic Type: Cationic
Dosis Pemakaian 20-30%.
Tersedia dalam kemasan eceran/kg. Kemasan 50kg/drum & Kemasan 120kg/drum.
Parfum:
Parfum untuk Pelembut Pakaian adalah jenis parfum yang khusus, tahan panas & wangi melekat. Jenis Parfum/Fragrance yang sering digunakan pada formula Pelembut Pakaian antara lain: Parfum Snappy, biasanya digunakan untuk Pelembut Pakain/Softener warna Pink. Parfum Ocean Fresh, biasanya digunakan untuk Pelembut Pakaian warna Biru. Parfum jenis yang lain : Blue Fresh/Molto Blue, Satin Fresh, & Glory. Pemilihan Jenis Parfum ini sangat menentukan keberhasilan penjualan karena, selain melembutkan, Harum dari pelembut Pakaian sangat menentukan keberhasilan penjualan Produk.
Fixative.
Fixative adalah bahan kimia yang berfungsi untuk melekatkan parfum ke serat kain.
Methanol/ alcohol, adalah pelarut parfum. Fungsinya agar Parfum larut dalam bahan softener.
Pewarna.
Pewarna yang digunakan untuk Pelmbut Pakaian adalah Pewarna Makanan. Fungsinya untuk memperindah tampilan Pelembut Pakianan sehingga Penampilannya Menarik.
by :http://www.infomesin.com
Diposting oleh Nobon Enterprise di 21.35 0 komentar
Label: Home Industrie
Sabun
Cara membuat Sabun
Posted in Cara Cara by Aceclover | Cara Cara
ADVERTISEMENTS
Di kehidupan rumah tangga, sabun bukanlah barang aneh lagi.
ADVERTISEMENTS
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
Berikut adalah proses pembuatan sabun mandi
Bahan-bahan yang diperlukan
- Larutan kaustik soda (natronloog 38 Be) 75 cc
- Bahan warna secukupnya
- Susu murni (susu sapi) 50 cc
- Minyak kelapa 250 cc
- Lemak sapi cair 100 cc
- Minyak serai 100 cc
- Bibit minyak wangi 5 cc
Proses Pembuatan Sabun Mandi
1. Campurkan bahan-bahan kaustik soda (natronloog), pewarna, susu sapi menjadi satu dan diaduk hingga merata.
2. Pada tempat yang lain minyak kelapa dan lemak sapi cair dicampur menjadi satu.
3. Kemudian tuangkan campuran tersebut ke campuran pertama tadi dan sambil terus terus diaduk-aduk hingga menjadi kental. Usahakan supaya jangan sampai berhenti mengaduk. Ketelitian diwaktu mengaduk sangat dibutuhkan sebab bertambah baik dan lama waktu mengaduk maka bertambah halus hasil sabun mandi yang dibuat.
4. Kemudian minyak serai dengan bibit minyak wangi (parfum) dituangkan dalam campuran terahir sambil diaduk-aduk.
5. Dalam keadaan kental masukkanlah campuran tersebut di dalam cetakkan.
6. Setelah lamanya 12 jam, campuran yang dituangkan ke dalam cetakkan akan menjadi beku. Kemudian bukalah cetakkan tersebut, jadilah sabun mandi.
Source : http://islam-download.net/cara-mudah-cepat/cara-membuat-sabun.html
Diposting oleh Nobon Enterprise di 21.30 0 komentar
Label: Home Industrie
Jumat, 15 April 2011
Diposting oleh Nobon Enterprise di 15.16 0 komentar
Label: Agrobisnis
Selasa, 30 November 2010
UD.BLUMUK ARIH ERSADA
Khusus untuk daerah Kalimantan Timur dan sekitarnya
* Harga berfariasi.( belum termasuk ongkos kirim )
* Kualitas digaransi keunggulannya
* Memberikan pengetahuan mengenai cara penanaman dan pewatan hingga cara memproduksi hasil dengan baik secara gratis.
* Menyediakan Perangsang untuk Getah karet
* Minimal pemesanan 1000 batang / biji ( kecambah )
* Hati-hati dengan penipuan!
Diposting oleh Nobon Enterprise di 08.23 0 komentar
Label: Bisnis Bibit
Minggu, 17 Oktober 2010
Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah
DAFTAR ISI
Daftar Gambar .................................................................................................................................... ii
Daftar Tabel .......................................................................................................................................... ii
Kata Pengantar .................................................................................................................................... iii
Ucapan Terima kasih ........................................................................................................................... v
I. Tehnik Pembibitan Tanaman Buah ............................................................................................. 1
A. Persyaratan pembibitan .......................................................................................................... 1
B. Pengelolaan pembibitan .......................................................................................................... 1
II. Bibit Unggul .................................................................................................................................. 5
A. Bibit unggul ............................................................................................................................... 5
B. Pohon Induk .............................................................................................................................. 5
C. Batang Bawah dan Atas .......................................................................................................... 7
III. Tehnik Perbanyakan Tanaman Buah ......................................................................................... 10
A. Perbanyakan dengan biji ....................................................................................................... 10
B. Sambungan ............................................................................................................................... 11
C. Okulasi .................................................................................................................................... 16
D. Penyusuan ............................................................................................................................... 24
E. Mencangkok ............................................................................................................................. 27
F. Setek .......................................................................................................................................... 31
G. Pemilihan Tehnik Perbanyakan Vegetatif ............................................................................ 37
IV. Sertifikasi Benih ........................................................................................................................... 39
A. Sertifikasi dan Pelabelan Benih ............................................................................................. 39
B. Surat Keterangan Pendaftaran Pedagang Benih ............................................................... 42
V. Tips Membeli Bibit ...................................................................................................................... 45
A. Faktor teknis ........................................................................................................................... 45
B. Faktor non teknis ................................................................................................................... 46
IV. Analisa Usaha Tani Pembibitan ................................................................................................. 49
Daftar Pustaka ................................................................................................................................... 51
Lampiran ............................................................................................................................................. 53
Lampiran 1. Deskripsi tanaman buah varietas unggul yang telah dilepas dengan SK
Menteri Pertanian ..................................................................................................................... 53
Lampiran 2. Daftar penangkar dan pedagang bibit tanaman buah di Bogor dan
sekitarnya ................................................................................................................................... 87
DAFTAR GAMBAR
1.Tehnik sambungan ...................................................................................................................................................................14
2.Tehnik okulasi cipaku ............................................................................................................................................................ 21
3.Tehnik penyusuan .................................................................................................................................................................... 25
4.Tehnik cangkokan konvensional .......................................................................................................................................28
5.Tehnik cangkokan dengan sistem kantong media .................................................................................................... 30
6.Tehnik setek................................................................................................................................................................................ 35
7. Label merah yang dikeluarkan BPSB ..............................................................................................................................40
8. Label komersial milik Toko Trubus ................................................................................................................................. 41
9. Surat Keterangan Pendaftaran Pedagang Benih (SKPPB) ..................................................................................... 44
DAFTAR TABEL
1.Perbanyakan beberapa tanaman buah-buahan dengan cara vegetatif .............................................................38
2.Persentase keberhasilan cara perbanyakan okulasi, enten dan penyusuan ...................................................38
3.Analisa usaha tani pembibitan durian per 10.000 bibit siap jual .........................................................................48
4.Analisa usah tani pembibitan durian per 1.000 bibit siap jual ..............................................................................50
ii
iii
KATA PENGANTAR
Sistem kebun Agroforestry atau "Wanatani" merupakan kebun campuran yang didalamnya
terdapat perpaduan yang harmonis antara tanaman tahunan (buah atau kayu) dengan
tanaman semusim (buah, sayur dan pangan). Pola kebun seperti ini banyak ditemukan di
Indonesia dan ini kita lihat sebagai suatu potensi. Sistem ini kaya akan potensi plasma nutfah
tanaman yang beraneka ragam tetapi masih rendah produktivitasnya. Dengan belajar dari
pengetahuan dan kearifan lokal yang berkembang di masyarakat petani, kita berusaha
memodifikasinya agar produktifitas tanaman yang relatif rendah tersebut menjadi
meningkat produktivitasnya tanpa harus mengurangi kekayaan biodiversity tersebut.
Dari pengalaman dan diskusi dengan petani, mereka tidak mengalami kesulitan dalam
pembibitan tanaman dari biji baik tanaman buah atau kayu. Kalaupun ada sedikit kesulitan
kita coba dengan menganalogkan atau menyamakan dengan pengetahuan mereka dalam
menyemai biji tanaman palawija yang sudah biasa mereka lakukan. Dengan metode
pendekatan seperti itu akan lebih memudahkan petani dalam menyerap pengetahuan. Dan
secara perlahan kita mengenalkan tehnik yang lebih baik mengenai pembibitan yang
meliputi: komposisi media tanam, aspek pemilihan biji, pematahan dormansi, penyiraman,
pemupukan, perawatan serta pencegahan hama dan penyakit.Tehnik pembibitan tersebut
sebenarnya sudah dilakukan mereka, tetapi mereka tidak menyadari serta mengamatinya.
Menumbuhkan kesadaran perlunya petani mulai belajar mengamati dan mencatat apa yang
telah mereka lakukan dalam kegiatan bertaninya, sehingga mereka pun juga bisa melakukan
penelitian sederhana (research by farmer atau participatory research).
Dari pendekatan dengan petani, mereka bercerita bahwa tanaman buah mereka yang
berasal dari biji menghasilkan buahnya lama sekali dan belum tentu pula buah yang
dihasilkan sebaik dengan buah tanaman induknya. Berdasarkan proses dan fakta tersebut
kita kenalkan ke mereka tehnik perbanyakan vegetatif buatan. Pada prinsipnya tehnik
perbanyakan vegetatif buatan ada lima macam. Penyambungan prinsipnya ada dua macam,
1) apabila batang atas menggunakan satu mata tunas tunggal maka tehnik tersebut disebut
menempel, 2) kalau batang atas menggunakan ranting tunas pucuk atau ranting dengan mata
tunas atau istilah mereka "mata elang" lebih dari satu maka tehnik tersebut kita sebut
penyambungan, 3) penyusuan teknik ini pada prinsipnya menyatukan batang bawah dengan
batang atas yang masih berupa tanaman dengan sistem perakarannya, 4) pencangkokan dan
5) stek yang dari fakta dilapangan merupak teknik yang sudah biasa petani lakukan.
Pendekatan lain yang juga berhasil kita lakukan adalah sistem pengajaran dengan memakai
tenaga petani ahli yang bagi para petani (farmer to farmer) dirasa lebih cocok dengan
bahasa dan kebiasaan mereka dan menghilangkan rasa segan. Sehingga mampu menciptakan
suasana belajar yang komunikatif dan terbuka.
Karena pada dasarnya konsep bibit unggul adalah bibit yang berasal dari suatu
penggabungan antara batang bawah dan batang atas sehingga membentuk tanaman baru
yang kompak dan memiliki keunggulan. Kalau berbicara mengenai bibit unggul, tidak akan
lepas dari penyedian batang bawah dan batang atas. Bicara tentang batang bawah maka tidak
lepas dari perbanyakan tanaman dari biji berkait dengan persemaian dan pembibitan yang
iv
sudah ada dalam pengetahuan para petani. Dengan sedikit penambahan kriteria batang
bawah yang baik maka petani akan mulai mengadakan kegiatan pemilihan dan seleksi pohon
induk yang unggul. Selanjutnya pengetahuan yang relatif baru adalah tentang istilah batang
atas. Kita mengajak mereka untuk mencari dan mengamati tanaman yang menghasilkan
buah yang banyak dan enak disekitar mereka. Lalu kita diskusi dengan mereka bagaimana
kalau tanaman yang sudah menghasilkan tersebut disambung atau istilah mereka yang salah
kaprah adalah "mengawinkan" dengan batang bawah dari biji atau bibit yang tumbuh liar
atau istilah mereka "petet". Dari situlah kita arahkan pemikiran mereka akan tujuan dari
penyambungan, yaitu untuk menghasilkan gabungan tanaman yang unggul dan mempercepat
waktu berbuah.
Didasarkan pada kegiatan diatas maka disusun suatu buku pedoman tentang tehnik
pembibitan dan perbanyakan vegetatif tanaman buah. Buku pedoman ini dikembangkan dari
hasil proyek World Agroforestry Centre (ICRAF), RMI (The Indonesian Institute for
Forestry and Environment), Winrock International dan pendanaan dari United States
Agency for International Development (USAID) bekerja sama dengan masyarakat di
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat melaksanakan kegiatan "Perbaikan dan
Peningkatan Hasil Kebun Brbasis Agroforestri untuk Memperbaiki Kesejahteraan Petani".
Latar belakang kegiatan tersebut adalah adanya keinginan petani maupun pemerintah untuk
mengubah pola pemanfaatan lahan menjadi sistem berbasis pohon tanaman buah dan
tanaman kayu untuk memenuhi: kebutuhan rumah tangga (sub-sistem), kebutuhan pasar
(ekonomi) dan jasa lingkungan (konservasi). Bagaimanapun juga, usaha untuk memperluas
penanaman dan pilihan tanaman, khususnya pada tingkat petani dan masyarakat, sangat
memprihatinkan karena miskinnya informasi dan rendahnya akses terhadap benih dan bibit
pohon tanaman buah dan tanaman kayu bermutu.
Akhirnya, harapan kami semoga pembaca dan pelaksana di lapangan yang bekerja dengan
petani dapat mengambil manfaat dari buku petunjuk ini. Dan buku ini masih jauh dari
sempurna serta masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itulah saran dan kritik
pembaca selalu kami harapkan demi perbaikan dan kelengkapan buku ini.
Bogor, 2006
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan
saran dan bantuan dalam penulisan buku pedoman ini.
� United States Agency for International Development (USAID) yang telah memberikan
dukungan dana untuk proyek "Perbaikan dan Peningkatan Hasil Kebun Brbasis Agroforestri
untuk Memperbaiki Kesejahteraan Petani", di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
khususnya untuk dukungan terhadap penerbitan dan distribusi buku "Tehnik Pembibitan
dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah".World Agroforestry Centre (ICRAF); RMI (The
Indonesian Institute for Forestry and Environment); dan Winrock International.
� Bapak Lasimin Sumarsono, Bapak Abdurahman, Bapak Mahmudin dari Instalasi Penelitian
dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Cipaku Bogor, yang telah memberikan banyak
masukan dan informasi dalam penyusunan buku pedoman ini.
� Bapak Ir.Wijaya, MS dari Pembibitan Mitra Cipaku, Bapak Doni Hariyadi, Kang Sahid, Kang
Yoyok, Kang Asep, Kang Iwan, Kang Didik, Kang Aris dan Kang Iskak dari Pembibitan
Kelompok Tani Karya Duta Cipaku, serta teman-teman penangkar, penyalur atau penjual
bibit yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membagi ilmu dan pengalaman yang
tidak mungkin penulis dapatkan dalam pendidikan formal.
� Ir. Suyanto Kartosoewarno, MS, Pak Margo dan seluruh anggota kelompok tani di
Kecamatan Nanggung yang bersedia bertukar pengetahuan dan pengalaman lapang
dengan penulis.
� Rina Amalia dan Tikah Atikah untuk format dan lay out buku pedoman ini.
Penulis
I. TEHNIK PEMBIBITAN TANAMAN BUAH
A. Persyaratan pembibitan
1. Lokasi
� Dekat sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun, terutama untuk menghadapi musim
kemarau.
� Dekat jalan yang dapat dilewati kendaraan roda empat, untuk memudahkan kegiatan
pengangkutan keluar dan masuk kebun.
� Terpusat sehingga memudahkan dalam perawatan dan pengawasan. Luasnya disesuaikan
dengan kebutuhan produksi bibit.
� Lahan datar dan drainase baik.
� Teduh dan terlindung dari ternak.
2. Kesuburan tanah
� Diperlukan untuk kebun koleksi pohon induk dan kebun persemaian batang bawah,
sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman dapat optimal.
� Menunjang kemudahan dalam memperoleh media semai dan media tanam dalam polybag
3. Kondisi iklim
� Daerah yang ideal untuk lokasi kebun pembibitan adalah daerah yang bersuhu udara
sejuk, kelembaban udara yang relatif tinggi, serta curah hujan yang cukup akan menunjang
pertumbuhan awal bibit tanaman.
� Kondisi sebaliknya justru diperlukan untuk kebun produksi buah dengan hari kering
(kemarau) harus tegas terpisah dari hari hujan. Karena ini berpengaruh pada pembungaan
dan pembuahan.
4. Sumber daya produksi
� Sumber daya manusia yang terampil, rajin dan cinta tanaman. Unsur cinta tanaman
(hobby) ini penting artinya karena pada hakekatnya tanaman adalah makluk hidup yang
penanganannya memerlukan perhatian khusus.
� Sumber daya produksi lainnya yang diperlukan dalam pembibitan tanaman antara lain
pupuk kandang, polybag, paranet, pestisida dan lain-lain. Kesulitan memperoleh bahanbahan
tersebut terutama berdampak terhadap menurunnya mutu bibit yang dihasilkan,
atau mahalnya biaya produksi.
B. Pengelolaan pembibitan
1. Media tumbuh dalam polybag
� Syarat media tumbuh yang baik adalah ringan,murah,mudah didapat, porus (gembur) dan
subur (kaya unsur hara). Penggunaan media tumbuh yang tepat akan menentukan
pertumbuhan optimum bibit yang ditangkarkan.
� Komposisi media tanam untuk mengisi polybag dapat digunakan campuran tanah, pupuk
kandang dan sekam padi dengan perbandingan 1:1:1.
1
� Sterilisasi pupuk kandang sebelum digunakan untuk campuran media bertujuan
membunuh penyakit, cendawan, bakteri, biji gulma, nematoda dan serangga tanah.
Sterilisasi ini misalnya dilakukan dengan uap air panas atau perebusan dengan
menggunakan drum minyak tanah (isi 200 l). Drum diisi setengahnya, kemudian
dipanaskan di atas tungku. Setelah air mendidih pupuk kandang dalam karung bekas
dimasukkan ke dalam drum (direbus selama 0,5-1 jam).
� Ukuran polybag yang banyak digunakan di pembibitan buah-buahan biasanya berukuran
15X20 cm (diameter x tinggi) sampai batang bawah dapat disambung atau diokulasi
(sekitar 3-4 bulan setelah tanam biji). Tiga sampai empat bulan setelah itu, bibit dapat
dipindahkan ke polybag berukuran 20x30 cm.Tiga sampai empat bulat berikutnya bibit
dipindah ke polybag ukuran 30x40 cm. Hal ini diperlukan karena polybagnya sudah tidak
memadai lagi untuk perkembangan akarnya, sedangkan bibit masih belum siap ditanam.
Akibat makin menyempitnya ruang tumbuh akar, kondisi kesuburan bibitnya jadi
menurun, bahkan setelah beberapa lama pertumbuhannya seolah-olah berhenti.
2. Cara penggantian polybag
� Polybag lama disobek dengan silet atau pisau secara hati-hati agar media di dalamnya
tidak pecah atau berhamburan. Sebaiknya polybag disiram dengan air sebelum
dilaksanakan pindah tanam, agar media lebih kompak/padat.
� Polybag pengganti diisi media tumbuh yang baru, sampai seperempat bagian dari volume
polybag.
� Setelah itu, media lama yang menyelubungi perakaran bibit dikurangi sedikit dan
perakaran yang sudah mati atau mengering dipotong dengan gunting setek, kemudian
bibit dimasukkan ke dalam polybag pengganti.
� Bibit diatur agar letaknya tepat di tengah polybag, kemudian media tumbuh yang baru
dimasukkan ke dalam polybag sampai hampir menyentuh bibir polybag pengganti.
� Bibit dalam polybag baru disiram sampai cukup basah agar media tumbuh yang baru
dimasukkan memadat, sehingga kedudukan bibit menjadi kuat.
3. Naungan bibit
� Fungsi naungan pada bibit sewaktu kecil:
o Mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan hanya berkisar antara 30 - 60% saja.
o Menciptakan iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit.
o Menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daundaun
muda.
o Menurunkan suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi
derasnya curahan air hujan dan menghemat penyiraman air.
� Jenis naungan untuk pembibitan:
o Naungan seng plastik hijau meneruskan sinar sebesar 40-60% (40% untuk naungan
plastik yang sudah lama terpasang hingga 60% untuk yang baru dipasang).
o Naungan paranet dari bahan plastik atau nylon. Paranet tipe 55 dan 45 (55% dan 45%
sinar yang diteruskan).Umur pakainya bisa bertahan lama (3-4 tahun), sehingga sekali
pasang dapat dipakai untuk beberapa kali usaha pembibitan.
o Naungan sederhana dari anyaman bambu, daun kelapa dan sebgainya, yang disusun
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sinar masuk sekitar 50%.
2
4.Tempat pemeliharaan bibit berpolybag
� Menggunakan rak yang terbuat dari bilah bambu atau besi.Ventilasi atau jalan angin di
bawah rak bibit berfungsi:
o Mencegah penularan bibit penyakit dari tanah yang sering terlontar ke daun bila
terkena cipratan air hujan.
o Kelebihan air siraman atau hujan dengan mudah menetes ke bawah, sehingga media
tidak menjadi becek dan kelembaban udara di sekitar bibit tidak terlalu tinggi, ini
penting untuk menghindari pertumbuhan cendawan.
o Pertumbuhan akar tunggang akan terhambat atau berhenti apabila terkena udara di
lubang dasar polybag dan sebaliknya pertumbuhan akar lateralnya bertambah,
sehingga semakin menguatkan kedudukan bibit.
� Menggunakan alas dari mulsa plastik hitam perak. Pemakaian alas berupa mulsa plastik
berfungsi:
o Mengurangi dan mencegah pertumbuhan gulma disekitar bibit tanaman.
o Mencegah siraman air ke media polybag terus lari ke bawah atau lapisan tanah
dibawah polybag, karena tertahan oleh lapisan mulsa plastik.
o Pertumbuhan akar tunggang akan terhambat atau berhenti karena tidak mampu
menempus lapisan mulsa plastik dan sebaliknya pertumbuhan akar lateralnya
bertambah, sehingga semakin menguatkan kedudukan bibit.
5. Pemeliharaan bibit
� Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat hama. Biasanya hama yang menyerang
tanaman di pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun. Insektisida yang
digunakan, misalnya Supracide 25 WP, Decis 2,5 EC, Reagent 50 SC atau Decis 2.5 EC
dengan konsentrasi 2 cc/l air.
� Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit. Biasanya penyakit
yang menyerang tanaman di pembibitan terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp,
Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang supaya tidak menular
segera dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot
dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 2 cc/l atau 2 g/l air.
Penyemprotan diulang seminggu sekali.
� Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun seperti Atonik, Metalik
atau Gandasil D dengan konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK (15:15:15)
dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu
pemupukan dapat juga diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per tanaman yang
dilakukan sebulan sekali.
� Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap dua hari sekali,sedangkan pada
musim hujan disesuaikan. Penyiraman bibit ini dilakukan dengan menggunakan gembor air.
� Pengairan sistem genangan atau bahasa Jawanya dilep apabila pembibitannya dilakukan dalam
polybag yang ditaruh di sawah, maka cara penyiramannya dengan menutup saluran
pembuangan air, kemudian air dimasukkan ke areal pembibitan sampai media di polybag
menjadi basah.Pemasukan air ini sebaiknya dilakukan pada waktu sore/malam hari ketika suhu
tanah tidak tinggi. Lama perendaman 1-2 jam dengan tinggi air cukup � tinggi polybagnya.
� Penyiangan rumput pengganggu (gulma), karena rumput selalu bersaing dengan bibit
dalam pengambilan hara, ruang tempat tumbuh, air dan sinar matahari.
3
6. Pengepakan bibit
� Untuk bibit yang dikirim dalam bentuk stump (cabutan), pengirimannya tidak ada masalah
karena beberapa bibit bisa saja dibungkus dengan batang pisang atau bahan lain yang
bersifat lembab, sehingga akarnya tidak kering, semisal bibit jeruk dan jati.
� Pengepakan bibit yang peka, seperti bibit durian, dapat dilakukan dengan cara
mengeluarkan setengah tanahnya, kemudian ditambahkan serbuk kelapa (cocopit). Untuk
menghilangkan stres, sebelum diangkut bibit diletakkan dahulu di bawah naungan dan
disiram untuk adaptasi. Setelah satu minggu biasanya bibit sudah segar kembali dan dapat
dipak dalam peti berventilasi untuk dikirim. Dengan cara pengepakan seperti ini, maka
bibit dalam polybag yang semula beratnya 4-7 kg/bibit menjadi0,5-1 kg/bibit.
� Mengeluarkan setengah tanahnya dan ditambah dengan gel (Agrosoft), kemudian polybag
diikat. Keadaan ini membuat bibit mampu bertahan sampai 4-7 hari tanpa penyiraman
� Pengepakan tanpa mengurangi media tanam, biasanya untuk angkutan darat.
4
II. BIBIT UNGGUL
A. Bibit unggul
� Bibit unggul adalah tanaman muda yang memiliki sifat unggul yaitu mampu
menunjukkan sifat asli induknya dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, serta tidak
mengandung hama dan penyakit.
� Pada tanaman buah sifat unggul ini terutama nilai dari kualitas buahnya. Bila semakin banyak
sifat yang disukai konsumen terkumpul dalam satu buah, maka semakin tinggi pula nilai
ekonomi (harga) buah tersebut. Buah demikian dapat digolongkan sebagai buah unggul.
� Untuk itu dapat diambil contoh cara menilai buah durian berdasarkan kriteria
penampilan buah dan sifat buah yang disukai konsumen, sehingga diperoleh suatu daftar
kriteria penilaian buah durian unggul.
a. Kelompok sifat utama
1. Rasa daging buah : manis berlemak, diutamakan dengan rasa khas
2. Ketebalan daging : tebal
3. Ukuran biji : kecil atau sekurang-kurangnya kempes
4.Warna daging : kuning sampai jingga
5. Kadar air daging : sedikit (kering)
6.Tekstur daging : halus, sedikit berserat
7. Ukuran buah : besar
8.Aroma : kuat merangsang
9. Kulit buah : tipis dan mudah dibuka bila buah sudah masak
10. Jumlah juring : 5-6 juring sempurna
b. Kelompok sifat menunjang :
1. Struktur pohon kokoh, percabangan merata/simetris, tajuk bulat.
2. Produksi buah tinggi dan stabil setiap tahun, diutamakan yang panen buahnya pada
awal atau akhir musim.
3.Tahan terhadap hama penggerek dan beberapa jenis cendawan.
4. Mudah diperbanyak secara vegetatif.
5. Pertumbuhan cepat dan responsif terhadap kultur teknis budi daya (pemupukan,
pengairan).
� Apabila minimal terpenuhi 70 % sifat unggul dari daftar diatas maka buah atau bibit
durian tersebut tergolong jenis unggul. Bila tidak memenuhi 70% persyaratan diatas,
maka buah durian demikian tergolong buah yang biasa saja.
� Cara penilaian seperti ini dapat dipakai untuk menilai jenis buah lainnya. Namun perlu
mengadakan perubahan kriteria tertentu agar sesuai dengan sifat masing-masing jenis
buah. Untuk lebih detailnya mengenai deskripsi varietas tanaman buah unggul dapat
dilihat di Lampiran 1.
B. Pohon Induk
� Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai sumber batang atas
(entres), baik itu tanaman kecil ataupun tanaman besar yang sudah produktif yang
berasal dari biji atau hasil perbanyakan vegetatif.
� Persyaratan pohon induk :
5
1. Memiliki sifat unggul dalam produktifitas dan kualitas buah untuk tanaman buah dan
ketahanan terhadap serangan organisme penggangu tanaman (OPT).
2. Nama varietas pohon induk dan asal-usulnya (nama pemilik, tempat asal) harus jelas,
sehingga memudahkan pelacakannya.
3. Tanaman dari biji harus sudah berproduksi minimal lima musim, untuk mengetahui
kemantapan sifat yang dibawanya.
4. Ditanam dalam kebun yang terpisah dari tanaman lain yang dapat menjadi sumber
penularan penyakit atau penyerbukan silang, terutama untuk pohon induk yang akan
diperbanyak secara generatif yaitu diambil bijinya.
� Kebun pohon induk adalah kebun yang ditanami dengan beberapa varietas buah unggul
untuk sumber penghasil batang atas (mata tempel atau cabang entres) untuk
perbanyakan dalam jumlah besar. Umumnya yang ditanam adalah tanaman hasil
perbanyakan vegetatif (okulasi, sambung, susuan, cangkok, setek) dan memenuhi
persyaratan sebagai pohon induk. Lokasi pohon induk sebaiknya tidak jauh dengan
lokasi perbanyakan tanaman, untuk memudahkan pelaksanaan perbanyakan bibit.
� Ada dua sistem penanaman kebun pohon induk:
1. Kebun pohon induk sekaligus sebagai kebun produksi.
2. Kebun pohon induk dengan jarak tanam lebih rapat, misalnya untuk tanaman durian,
untuk kebun produksi biasanya berjarak tanam 10x10 m, sedangkan pada kebun
pohon induk dapat berjarak tanam 3x3 m. Dengan jarak tanam yang rapat dapat
diperoleh lebih banyak pohon induk dalam suatu areal yang relatif tidak luas.
� Pencarian pohon induk untuk mendapatkan jenis tanaman unggul dengan cara:
1. Eksplorasi adalah kegiatan pencarian pohon induk dengan cara melacak suatu
tanaman ke daerah sentra budidayanya sampai yang tumbuh liar di hutan. Semisal
daerah sentra durian di perbukitan Desa Brongkol di Ambarawa (Jawa Tengah),
Desa Rancamaya dan Cimahpar (Bogor, Jawa Barat). Tempat tersebut mempunyai
ribuan pohon durian yang tumbuh secara alami dan di antara tanaman durian
tersebut terdapat beberapa varietas yang mempunyai sifat-sifat unggul walaupun
merupakan tanaman dari biji serta tumbuh setengah liar di alam. Sebagai contoh
eksplorasi durian Matahari di Desa Cimahpar, Kecamatan Kedunghalang, Bogor.
2. Promosi adalah kegiatan pencarian pohon induk dengan cara mengadakan kejuaraan
buah unggul, dari lomba tersebut muncul durian unggul baru yang berpotensi
sebagai pemenang lomba. Contoh yang paling terkenal adalah durian Petruk. Durian
ini adalah juara lomba buah di Jepara dan sekarang sudah ditetapkan pemerintah
sebagi durian unggul nasional.
3. Introduksi adalah kegiatan pencarian pohon induk dengan cara mendatangkan atau
mengenalkan jenis buah yang terbukti unggul dari daerah atau negara lain. Cara ini
merupakan jalan pintas untuk mempercepat perolehan bahan tanaman yang telah
diketahui sifat keunggulannya. Hal yang harus diperhatikan adalah kesesuaian keadaan
iklim, tanah dan cara budidaya pada tempat tumbuh asalnya dengan keadaan tempat
tanam yang baru,agar kualitasnya tetap baik.Masalah lain yang muncul adalah adanya hama
dan penyakit yang sebelumnya tidak diketahui di daerah asalnya, tetapi muncul setelah
tanaman tersebut ditanam di tempat yang baru. Sebagai contoh adalah durian bangkok
dari Thailand yang diintroduksi ke Indonesia seperti Chanee dan Monthong. Jenis ini ratarata
tidak tahan terhadap penyakit busuk akar dan busuk leher batang atau kanker batang.
6
C. Batang bawah dan batang atas
1. Pemilihan Batang bawah
� Batang bawah atau rootstock/understam adalah tanaman yang berfungsi sebagai
batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem perakaran yang berfungsi
mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya.
� Keuntungan batang bawah dari biji:
o Perkembangan sistem perakarannya lebih kuat dan dalam, karena memiliki akar
tunggang, sehingga relatif lebih tahan terhadap kekeringan.
o Penyediaan batang bawah jenis ini bisa dilakukan dalam jumlah banyak.
� Kriteria tanaman yang akan dijadikan batang bawah:
o Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang atasnya, sehingga batang
bawah ini mampu menyatu dan menopang pertumbuhan batang atasnya.
o Tanaman dalam kondisi sehat.
o Sistem perakarannya baik dan dalam serta tahan terhadap keadaan tanah yang
kurang menguntungkan, termasuk hama dan penyakit yang ada dalam tanah.
o Tidak mengurangi kualitas dan kuantitas buah pada tanaman yang disambungkan/diokulasi.
� Perawatan batang bawah seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta
penyiraman perlu diperhatikan agar batang bawah tumbuh subur dan sehat.
Pertumbuhan yang subur dan sehat memudahkan pengelupasan kulit dan kayunya,
karena sel-sel kambium berada dalam keadaan aktif membelah diri. Proses
pembentukan kalus atau penyembuhan luka berlangsung dengan baik, sehingga pada
akhirnya keberhasilan sambungan atau okulasinya juga tinggi.
2. Pemilihan batang atas
� Batang atas yang biasanya disebut entres (scion) adalah calon bagian atas atau tajuk
tanaman yang di kemudian hari akan menghasilkan buah berkualitas unggul.
� Batang atas ini dapat berupa mata tunas tunggal yang digunakan dalam tehnik okulasi
ataupun berupa ranting dengan lebih dari satu mata tunas atau ranting dengan tunas
pucuk yang digunakan dalam sambungan (grafting).
� Entres inilah yang disambungkan pada batang bawah, untuk menggabungkan sifat-sifat
yang unggul dalam satu bibit tanaman. Karena itu entres sebagai batang atas harus
diambil dari pohon induk yang sudah diketahui betul sifat unggulnya.
� Pohon induk mempunyai bagian yang berbeda-beda fase perkembangannya. Bagian
pangkal pohon merupakan bagian yang tertua menurut umurnya, tetapi karena
terbentuk pada masa awal pertumbuhan pohon tersebut maka sel-selnya besifat
sederhana, muda (juvenile) dan sangat vegetatif.
� Semakin ke arah ujung ranting, semakin muda menurut umurnya, tetapi sel-sel yang
terbentuk paling akhir ini justru bersifat lebih kompleks, dewasa (mature) dan siap
untuk memasuki masa berbunga dan berbuah (generatif). Pengambilan entres dari
pucuk tajuk pohon akan tetap membawa sifat dewasa atau generatif.
� Penyambungan entres dengan batang bawah akan menghasilkan bibit yang sudah
membawa sifat dewasa tersebut. Hal ini menyebabkan bibit hasil penyambungan atau
okulasi lebih cepat berbuah daripada tanaman yang berasal dari biji.
� Kriteria tanaman yang akan dijadikan sebagai batang atas:
o Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang bawahnya, sehingga
batang atas ini mampu menyatu dan dapat berproduksi dengan optimal.
7
o Cabang dari pohon yang sehat, pertumbuhannya normal dan bebas dari serangan
hama dan penyakit
o Cabang berasal dari pohon induk yang sifatnya benar-benar yang seperti kita
kehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi.
3. Pengepakan batang atas
� Tujuan pengepakan adalah menjaga kesegaran bahan batang atas selama mungkin,
hingga dapat segera disambungkan di kebun pembibitan.
� Metode pengepakan calon entres:
o Cabang atau ranting pohon induk dipilih sesuai dengan kriteria dan idealnya
berdiameter 2-4 mm untuk durian (diameter tergantung jenis dan kualitas pohon
induknya), kemudian segera dirontokkan seluruh daunnya.Tujuannya adalah untuk
mengurangi terjadinya kehilangan air dari permukaan daun yang dapat
mengakibatkan entres menjadi keriput. Pohon induk yang disengaja untuk sumber
entres saja dari satu rantingnya mampu menghasilkan 3-5 mata entres yang baik/
produktif. Harga mata entres berkisar Rp 50 s.d. Rp 200 per mata entres tergantung
jenis dan kualitas pohon induknya.
o Entres ini lalu disortir atau dipisahkan berdasarkan baik tidaknya mata tunas.
Diusahakan agar entres ini tidak bercabang-cabang, tetapi berupa cabang tunggal
sepanjang kurang lebih 20-30 cm.
o Cabang tunggal ini kemudian diikat dengan karet gelang sebanyak 10-30 entres
setiap ikatnya, tergantung dari besar-kecilnya diameter entres.
o Bahan pembungkus yang digunakan untuk membungkus entres harus bisa meredam
panas dan sekaligus menjaga kelembaban entres. Bahan yang biasa dipakai dan mudah
didapat adalah kertas koran, kertas tisu, kantong plastik, daun dan pelepah pisang.
o Setiap ikat entres yang telah disortasi kemudian dibungkus dengan beberapa lapis
kertas tisu atau kertas koran. Bungkus pertama ini perlu diperciki dengan air agar
agak lembab, tetapi jangan terlalu basah. Setelah itu dibungkus lagi dengan kantong
plastik. Dengan cara ini, kesegaran entres dapat bertahan 2 hari. Dan lebih baik
lagi kalau bungkus paling luar adalah pelepah pisang. Bahan ini merupakan
peredam panas yang ideal, karena jaringan batang pisang segar banyak
mengandung air dan sekaligus rongga-rongga udara. Kotak kardus atau karton
dapat juga dipakai sebagai alternatif.
o Pada waktu diangkut kendaraan, entres yang sudah dibungkus tidak boleh terkena
sinar matahari langsung dan ditaruh di dekat mesin, karena entres bisa kering.
Posisi menaruh entres harus datar agar cairan dalam entres tidak bergerak turun
akibat gaya gravitasi, sehingga kulit batang entres tidak akan mengerut dan sulit
untuk dikelupaskan dari kayunya.
o Hal lain yang perlu diperhatikan adalah entres jangan dicuci dengan air, karena akan
mengundang bakteri patogen dan cendawan masuk jaringan entres dan kambiumnya
cepat tertarik keluar sehingga sering keluar cairan kental dari luka, sehingga pada saat
akan diokulasikan atau disambungkan pada batang bawah, entres sudah membusuk.
o Juga setelah turun hujan jangan melakukan pengambilan cabang entres. Bila ini
terpaksa dilakukan, maka setelah cabang entres dipotong dari pohon induknya,
segera dikering-anginkan, baru kemudian dibungkus.
8
o Penggunaan es kering (dry ice) yang dimasukkan bersama-sama entres ke dalam
cool box (termos) ternyata membawa pengaruh buruk terhadap kondisi entres,
sehingga saat akan diokulasikan mata tunasnya banyak yang sudah kering.
o Begitu juga halnya dengan menyimpan entres di dalam refrigerator (kulkas), perlu
berhati-hati terhadap suhu dan kelembaban yang rendah. Kondisi demikian dapat
menarik air keluar dari entres sehingga entres menjadi keriput dan kehilangan
kesegarannya.
9
III. TEHNIK PERBANYAKAN TANAMAN BUAH
A. Perbanyakan dengan biji
Perbanyakan tanaman dengan biji (generatif) terutama dilakukan untuk penyediaan batang
bawah yang nantinya akan diokulasi atau disambung dengan batang atas dari jenis unggul.
Perbanyakan dengan biji juga masih dilakukan terutama pada tanaman tertentu yang bila
diperbanyak dengan cara vegetatif menjadi tidak efisien (tanaman buah tak berkayu).
a. Pemilihan biji untuk bahan perbanyakan
� Mengambil biji idealnya dari buah yang besar dan sehat serta sudah matang penuh di
pohon induk yang terpilih dan memenuhi persyaratan untuk dijadikan batang bawah.
Tetapi apabila terdesak dengan kebutuhan biji yang banyak, maka kita dapat
mengumpulkan biji buah, semisal biji durian dari pasar, tempat sampah, biji durian yang
dimakan sendiri, atau membeli biji dari pengumpul biji. Kesulitan dari pengumpulan ini
adalah susah mendapatkan biji yang seragam varietasnya.
� Memisahkan biji dari daging buahnya dan dicuci sampai bersih. Biji dipilih yang berukuran
besar, padat (bernas) dengan warna mengkilap atau biji yang sempurna (biji yang
bentuknya seragam, tidak terlalu kecil, tidak kempes, tidak rusak oleh hama dan tidak
luka. Biji kemudian dimasukan ke dalam air.Hanya biji yang tenggelam yang ditanam untuk
bibit, sedangkan yang hampa dibuang. Biji buah yang mempunyai kulit pembungkus keras
seperti pada biji mangga, kulit pembungkus ini harus disayat dan dibuang untuk
memudahkan pertumbuhan akar.
� Setelah dibersihkan biji diberi perlakuan fungisida. Caranya biji-biji yang sudah bersih tadi
dicelup dalam larutan Furadan 3 g/l, Dithane 3 g/l air atau larutan larutan Benomil 0,1%
dan Atonik 0,1 % selama 30-60 menit. Fungsinya adalah untuk merangsang pertumbuhan
dan mencegah serangan hama serta penyakit saat biji disemaikan.
b. Menyemaikan biji dalam wadah persemaian
� Untuk memudahkan perawatan biji disemaikan dalam wadah yang terbuat dari kotak
kayu atau plastik dan polybag. Biasanya biji yang disemaikan di dalam wadah adalah biji
buah berukuran kecil seperti jambu air, sirsak, pepaya, belimbing, sawo dan lain-lain.
� Media untuk persemaian harus mempunyai aerasi baik, subur dan gembur, misalnya
campuran pasir, pupuk kandang dan sekam yang sudah disterilkan dengan perbandingan
1:1:1. Dengan media yang gembur, maka akar akan tumbuh lurus dan memudahkan
pemindahan bibit ke polybag pembesaran.
� Biji yang akan disemaikan ditabur merata diatas media, lalu ditutup lagi dengan media
setebal 1-2 cm dan disiram dengan gembor sampai basah. Persemaian perlu dinaungi agar
tidak terkena sinar matahari langsung dan derasnya air hujan.Penyiraman cukup dilakukan
satu kali sehari yaitu pada waktu pagi atau sore hari, agar tidak kekeringan. Kemudian
wadahnya ditaruh ditempat yang terlindung dari gangguan unggas dan serangga.
c. Menyemaikan biji dalam bedeng persemaian
� Biji buah yang besar seperti mangga, durian, alpukat, nangka, dan lain-lain, sebaiknya
disemaikan dalam bedengan di lapang. Bedengan disiapkan dengan menggemburkan tanah
10
menggunakan cangkul sedalam 25-30 cm, kemudian tanah dihaluskan. Untuk menambah
kesuburan dan kegemburan tanah, setiap luasan dua meter persegi bedengan dapat
ditambahkan masing-masing satu kaleng minyak (isi 18 l) pupuk kandang dan sekam padi
yang diaduk sampai rata. Untuk menghindarkan jamur dan hama yang dapat merusak biji,
media tempat penanaman tadi disemprot dahulu dengan fungisida dan insektisida. Bisa
juga ditaburi dengan Furadan 3G. Bedengan dibuat selebar 80-100 cm dengan panjang
tergantung kebutuhan dan arah bedengan diusahakan mengarah ke Utara-Selatan agar
mendapat sinar matahari yang cukup.
� Setelah bedengan persemaian siap, maka selanjutnya adalah menyemaikan biji dalam
bedengan dengan arah memotong bedengan (lebar bedengan) dibuat larikan sedalam
7,5 cm dengan jarak larikan 7,5-10 cm. Setelah itu biji yang berukuran besar tadi
ditanamkan dalam larikan dengan jarak 5-7,5 cm ataupun tanpa jarak (berdempetan),
kemudian ditutup kembali dengan media disekitar larikan.
� Waktu menanam biji harus diperhatikan agar peletakan bijinya jangan terbalik. Untuk
mangga bagian perutnya (bagian biji yang melengkung) menghadap ke bawah, sedangkan
untuk durian, alpukat, kemang dan nangka bagian sisi dimana embrio (bakal tunas dan
akar) berada dibagian bawah. Bila letaknya terbalik, maka pertumbuhan akar dan
batangnya akan membengkok dan akan menggangu pertumbuhan bibit selanjutnya.
� Untuk menghindarkan derasnya air hujan dan teriknya sinar matahari, bedengan diberi
naungan dengan paranet tipe 55%, 65% atau dapat juga dibuat naungan individu untuk
tiap bedengan dengan menggunakan atap dari jerami, anyaman bambu, atau daun
kelapa. Jika yang digunakan atap bukan dari paranet, maka tinggi tiang di sebelah timur
sekita120 cm, sedangkan tinggi tiang di sebelah barat adalah 100 cm di atas permukaan
tanah. Dengan demikian bentuk naungan condong ke arah sebelah barat dengan
maksud agar bibit di persemaian cukup menerima sinar matahari pagi.
� Biji yang disemaikan biasanya mulai berkecambah (tunas muncul di atas permukaan
tanah) antara 1-3 minggu setelah penyemaian, tergantung jenis tanamannya. Setelah biji
berkecambah dapat langsung dipindah ke polybag ukuran 15x20 cm atau 20x25 cm.
Setelah berumur 3-4 bulan, biji sudah dapat disambung pucuk ataupun diokulasi.
B. Sambungan
Penyambungan atau enten (grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan
sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu
tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya.
� Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang
bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.
� Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion) dan merupakan
sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas (entres), baik itu berupa
tunas pucuk atau tunas samping.
Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas
tanaman yang masih dalam spesies yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas pada
tanaman durian. Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang
berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Tanaman mangga (Mangifera indica)
disambung denga tanaman kweni (Mangifera odorata).
11
a. Manfaat sambungan pada tanaman:
� Memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru
yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat
mempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah) serta
menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan induknya.
� Mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik, tindakan ini
dilakukan khususnya pada tanaman yang berumah dua, misalnya tanaman melinjo.
� Peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru dan
menghemat biaya eksploitasi. Peremajaan total berlaku sebaliknya.
b. Syarat batang bawah untuk sambungan:
� Dapat menggunakan biji asalan atau "sapuan� untuk menghasilkan batang bawah, tetapi
ada varietas durian yang baik khusus untuk batang bawah yaitu varietas bokor dan
siriwig, karena biji besar sehingga mampu menghasilkan sistem perakaran yang baik dan
tahan terhadap busuk akar.
� Berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 3-4 bulan.
� Dalam fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik), kambiumnya
aktif, sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses merekatnya mata tempel ke
batang bawah.
� Disarankan penyiraman cukup (media cukup basah).
� Batang bawah dipupuk dengan Urea 1-2 minggu sebelum penempelan.
� Gunakan media tanam dengan komposisi tanah subur : tanah, pupuk kandang : sekam
padi (1:1:1).
� Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang sanggup bertahan dari biji sampai 3 bulan siap
tempel sampai dengan 3 bulan setelah tempel, setelah periode tersebut polybag harus
diganti dengan ukuran yang lebih besar 20x30 cm, atau langsung ke polybag 30x40 cm
tergantung permintaan pasar dan seterusnya semakin besar pertumbuhan tanaman
maka ukuran polybag semakin besar. Kecuali untuk pengangkutan jarak jauh dalam
jumlah banyak maka gunakan polybag yang lebih kecil dari biasanya.
c. Syarat batang atas untuk sambungan
� Batang atas atau entres yang akan disambungkan pada batang bawah diambil dari
pohon induk yang sehat dan tidak terserang hama dan penyakit.
� Pengambilan entres ini dilakukan dengan menggunakan gunting setek atau silet yang
tajam (agar diperoleh potongan yang halus dan tidak mengalami kerusakan) dan bersih
(agar entres tidak terkontaminasi oleh penyakit).
� Entres yang akan diambil sebaiknya dalam keadaan dorman (istirahat) pucuknya serta
tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda (setengah berkayu).
� Panjangnya kurang lebih 10 cm dari ujung pucuk, dengan diameter sedikit lebih kecil
atau sama besar dengan diameter batang bawahnya.
� Entres dalam keadaan dorman ini bila dipijat dengan dua jari tangan akan terasa padat,
tetapi dengan mudah bisa dipotong dengan pisau silet. Selain itu bila dilengkungkan
keadaannya tidak lentur tetapi sudah cukup tegar.
� Entres sebaiknya dipilih dari bagian cabang yang terkena sinar matahari penuh (tidak
ternaungi) sehingga memungkinkan cabang memiliki mata tunas yang tumbuh sehat dan
subur.
12
� Bila pada waktunya pengambilan entres, keadaan pucuknya sedang tumbuh tunas baru
(trubus) atau sedang berdaun muda, maka bagian pucuk muda ini dibuang dan bagian
pangkalnya sepanjang 5-10 cm dapat digunakan sebagai entres.
� Pada durian bila entres yang digunakan berasal dari cabang yang tumbuh tegak lurus, maka
bibit sambungannya akan tumbuh tegak dengan percabangan ke semua arah atau simetris.
� Namun bila diambil dari cabang yang lain,pertumbuhan bibitnya akan mengarah ke samping,
berbentuk seperti kipas.Bentuk ini berangsur-angsur hilang bila tanaman menjelang dewasa.
d.Tipe sambungan jika ditinjau dari bagian batang bawah yang disambung:
1. Sambung pucuk (top grafting)
Sambung pucuk merupakan cara penyambungan batang atas pada bagian atas atau
pucuk dari batang bawah. Caranya sebagai berikut:
� Memilih batang bawah yang diameter batangnya disesuaikan dengan besarnya
batang atas. Tanaman durian, belimbing dan sirsak sudah bisa disambung bila
besarnya batang bawah sudah sebesar ujung pangkal lidi. Alpukat, manggis dan
mangga disambung bila batangnya sudah sebesar pensil. Umur batang bawah pada
keadaan siap sambung ini bervariasi antara 1-24 bulan, tergantung jenis tanamannya.
Untuk durian umur 3-4 bulan, mangga dan alpukat umur 3-6 bulan. Manggis pada
umur 24 bulan baru bisa disambung karena sifat pertumbuhannya lambat.
� Batang bawah dipotong setinggi 20-25 cm di atas permukaan tanah. Gunakan silet,
pisau okulasi atau gunting setek yang tajam agar bentuk irisan menjadi rapi. Batang
bawah kemudian dibelah membujur sedalam 2-2,5 cm.
� Batang atas yang sudah disiapkan dipotong, sehingga panjangnya antara 7,5-10 cm.
bagian pangkal disayat pada kedua sisinya sepanjang 2-2,5 cm, sehingga bentuk
irisannya seperti mata kampak. Selanjutnya batang atas dimasukkan ke dalam
belahan batang bawah.
� Pengikatan dengan tali plastikyang terbuat dari kantong plastik � kg selebar 1 cm.
Kantong plastik ini ditarik pelan-pelan, sehingga panjangnya menjadi 2-3 kali panjang
semula.Terbentuklah pita plastik yang tipis dan lemas.
� Pada waktu memasukkan entres ke belahan batang bawah perlu diperhatikan agar
kambium entres bisa bersentuhan dengan kambium batang bawah. Sambungan
kemudian disungkup dengan kantong plastik bening.Agar sungkup plastik tidak lepas
bagian bawahnya perlu diikat.Tujuan penyungkupan ini untuk mengurangi penguapan
dan menjaga kelembaban udara di sekitar sambungan agar tetap tinggi.
� Tanaman sambungan kemudian ditempatkan di bawah naungan agar terlindung dari
panasnya sinar matahari. Biasanya 2-3 minggu kemudian sambungan yang berhasil
akan tumbuh tunas. Sambungan yang gagal akan berwarna hitam dan kering. Pada
saat ini sungkup plastiknya sudah bisa dibuka.Namun, pita pengikat sambungan baru boleh
dibuka 3-4 minggu kemudian. Untuk selanjutnya kita tinggal merawat sampai bibit siap
dipindah ke kebun (Gambar 1 dan Gambar 2).
2. Sambung samping (side grafting)
Pada dasarnya, pelaksanaan sambung samping sama seperti pelaksanaan model
sambung pucuk. Sambung samping merupakan cara penyambungan batang atas pada
bagian samping batang bawah. Caranya sebagai berikut:
13
� Batang bawah dipilih yang baik. Ukuran batang atas tidak perlu sama dengan batang
bawah, bahkan lebih baik dibuat lebih kecil.
� Pada batang bawah dibuat irisan belah dengan mengupas bagian kulit tanpa
mengenai kayu atau dapat juga dengan sedikit menembus bagian kayunya. Irisan kulit
batang bawah dibiarkan atau tidak dipotong.
� Batang atas dibuat irisan meruncing pada kedua sisinya. Sisi irisan yang menempel
pada batang bawah dibuat lebih panjang menyesuaikan irisan di batang bawah dari
sisi luarnya.
� Batang atas tersebut disisipkan pada irisan belah dari batang bawah. Dengan
demikian, batang bawah dan batang atas akan saling berhimpitan. Kedua lapisan
kambium harus diusahakan agar saling bersentuhan dan bertaut bersama.
� Setelah selesai disambungkan, sambungan tersebut diikat dengan tali plastik. Untuk
menjaga agar tidak terkontaminasi atau mengering, sambungan dan batang atas
ditutup dengan kantong plastik.
� Setelah batang atas menunjukkan pertumbuhan tunas, kurang lebih 2 minggu setelah
penyambungan, kantong plastik serta tali plastik bagian atas sambungan dibuka lebih
dulu, sedangkan tali plastik yang mengikat langsung tempelan batang atas dan kulit
batang bawah dibiarkan, sampai tautan sambungan cukup kuat.
� Bilamana sudah dipastikan bahwa batang atas dapat tumbuh dengan baik, bagian
batang bawah di atas sambungan dipotong. Pemotongan perlu dilakukan supaya
tidak terjadi kompetisi kebutuhan zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan
lanjutan dari batang atas.
14
1. Pemotongan batang bawah 2. Pembelahan batang bawah
15
3. Melancipkan 2 sisi pangkal batang atas 4.Batang atas siap disambungkan
5. Batang atas disambungkan
dengan batang bawah
6. Pengikatan dengan tali plastik
16
7. Sambungan telah diikat 8. Sambungan diselubungi
dengan kantong plastik
9. Sambungan telah jadi dan bertaut
ditandai keluarnya kuncup daun
C. Okulasi
Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan
sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu
tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya.
� Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang
bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.
� Bagian tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion) dan merupakan
potongan satu mata tunas (entres).
Dalam buku ini coba kita kenalkan "Okulasi Cipaku" karena tehnik okulasi ini banyak
dikembangkan dan digunakan oleh petani penangkar bibit di daerah Cipaku dan sekitarnya, di
Kabupaten Bogor. Biasanya penangkar bibit melakukan okulasi pada saat batang bawah sudah
sebesar ukuran pensil. Sedangkan okulasi cipaku dilakukan pada batang bawah berukuran
sebesar pangkal lidi, sehingga bisa menghasilkan bibit lebih cepat dari pada sistem okulasi yang
lama.Tehnik okulasi cipaku ini adalah pengembangan tehnik okulasi sistem Forkert.
a. Syarat batang bawah untuk okulasi:
� Dapat menggunakan biji asalan atau "sapuan"untuk menghasilkan batang bawah, tetapi
ada varietas durian yang baik khusus untuk batang bawah yaitu varietas bokor dan
siriwig, karena biji besar sehingga mampu menghasilkan sistem perakaran yang baik dan
tahan terhadap busuk akar.
� Berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 3-4 bulan.
� Dalam fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik), kambiumnya aktif,
sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses merekatnya mata tempel ke batang
bawah.
� Disarankan penyiraman cukup (media cukup basah)
� Batang bawah dipupuk dengan Urea 1-2 minggu sebelum penempelan.
� Gunakan media tanam dengan komposisi tanah subur :tanah,pupuk kandang :sekam padi( 1:1:1).
� Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang sanggup bertahan dari biji sampai 3 bulan siap
tempel sampai dengan 3 bulan setelah tempel, setelah periode tersebut polybag harus
diganti dengan ukuran yang lebih besar 20x30 cm, atau langsung ke polybag 30x40 cm
tergantung permintaan pasar dan seterusnya semakin besar pertumbuhan tanaman
harus diimbangi dengan ukuran besar polybag.Kecuali untuk alasan pengangkutan jarak
jauh untuk efisiensi tempat kita gunakan polybag yang lebih kecil dari biasanya.
b. Syarat batang atas untuk okulasi
� Entres yang baik adalah yang cabangnya dalam keadaan tidak terlalu tua dan juga tidak
terlalu muda (setengah berkayu).Warna kulitnya coklat muda kehijauan atau abu-abu
muda. Entres yanng diambil dari cabang yang terlalu tua pertumbuhannya lambat dan
persentase keberhasilannya rendah. Besar diameter cabang untuk entres ini harus
sebanding dengan besarnya batang bawahnya.
� Cabang entres untuk okulasi ini sebaiknya tidak berdaun (daunnya sudah rontok). Pada
tanaman tertentu sering dijumpai cabang entres yang masih ada daun melekat pada
tangkai batangnya. Untuk itu perompesan daun harus dilakukan dua minggu sebelum
pengambilan cabang entres. Dalam waktu dua minggu ini, tangkai daun akan luruh dan
pada bekas tempat melekatnya (daerah absisi) akan terbentuk kalus penutup luka yang
bisa mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit (patogen).
� Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan
dan kesehatan pohon induk. Untuk meningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya tiga
minggu sebelum pengambilan batang atas dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK.
Kesehatan pohon induk ini penting karena dalam kondisi sakit, terutama penyakit
sistemik mudah sekali ditularkan pada bibit.
� Entres diambil setelah kulit kayu cabangnya dengan mudah dapat dipisahkan dari
kayunya (dikelupas). Bagian dalam kulit kayu ini (kambium) akan tampak berair, ini
menandakan kambiumnya aktif, sehingga bila mata tunasnya segera diokulasikan akan
mempercepat pertautan dengan batang bawah.
c. Faktor yang menunjang keberhasilan okulasi
� Waktu terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari, antara jam 07.00-11.00 pagi,
karena saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga
dalam kondisi aktif dan optimum. Diatas Jam 12.00 siang daun mulai layu.Tetapi ini bisa
diatasi dengan menempel di tempat yang teduh, terhindar dari sinar matahari langsung.
� Kebersihan alat okulasi, silet yang akan digunakan langsung kita belah dua saat masih
dalam bungkusan kertas, sehingga silet kita tetap dalam kondisi bersih satu belahan kita
gunakan sedangkan belahan lainnya kita simpan untuk pengganti belahan silet pertama
apabila dirasa sudah tidah tajam lagi. Perawatan alat okulasi, setelah digunakan silet
dibersihkan dan dibungkus lagi dengan kertas pembungkusnya agar tidak berkarat.
� Petani terampil satu bagian silet mampu digunakan untuk 100 s/d 200 kali okulasi
sehingga dengan dua bagian silet mampu dihasilkan 200 s/d 400 okulasi dalam sehari
17
(10 jam kerja). Seorang pembibit yang berpengalaman dalam menempel dalam 1 jam
mampu menempel sekitar 40 tempelan. Kerja mulai jam 06.00-12.00 (6 jam)
dilanjutkan jam 13.00-17.00 (4 jam), sehingga 10 jam kerja dalam 1 hari dihasilkan
10x40 = 400 tempelan.
� Pembuatan tali plastik dari kantong plastik berukuran � kg (12x25 cm) atau 2 kg
(20x35 cm). Gunakan plastik yang tahan santan dan minyak. Membuat irisan memanjang
dengan lebar 0.5-1 cm. Pengirisan dengan silet, yang bergeraknya plastiknya bukan
siletnya. Untuk pemula pengirisan plastik bisa beralaskan papan atau kaca, sedangkan
yang sudah biasa pengirisan kantong plastik dapat langsung di atas paha kita.
� Menghitung kebutuhan tali plastik, 1 kantong plastik ukuran � kg menjadi 12 irisan
bolak-balik sehingga menjadi 24 irisan x 3 bagian (8 cm) dihasilkan sekitar 72 tali plastik
x � kg (isi 140 lembar) maka dihasilkan 10.080 tali plastik, sedangkan 1 kantong plastik
ukuran 2 kg menjadi 20 irisan bolak balik sehingga menjadi 40 irisan x 4 bagian (8 cm)
dihasilkan sekitar 160 tali plastik x � kg (isi 60 lembar) maka dihasilkan 9.600 tali
platik. Harga 1/4 kg kantong plastik harganya Rp 3.000,-, � kg plastik ukuran � kg
berisi 140 kantong plastik dan � kg plastik ukuran 2 kg berisi 60 kantong plastik.
� Membersihkan tali plastik dengan cara dipegang dengan jari direntangkan dan diketek-ketek
atau digerakan biar menjadi bersih, jangan dilap. Biasanya kantong plastik yang habis kita iris
menjadi tali plastik, kita gosok-gosokan ke telapak tangan kita biar tidak licin/lebih kesat.
d. Cara okulasi
1. Perlakuan pendahuluan
� Batang bawah dengan polybagnya dipegang dan diangkat sedikit keatas lalu ditekan
miring ke bawah sehingga posisi tanaman dan polybagnya menjadi miring ke arah luar,
agar memudahkan mencari posisi batang yang akan di tempel dan pengerjaan
penempelan,gerakan ini juga mampu menjatuhkan embun/air yang melekat di daun, agar
lebih banyak embun/air yang jatuh, gerakan batang bawah sekali lagi dengan tangan.
� Batang bawah dibersihkan dari kotoran/debu dengan cara mengusap dengan ibu
jari dan telunjuk tangan kita pada bagian yang akan dibuat sobekan untuk okulasi.
2. Pembuatan sayatan untuk tempat menempel entres
� Lihat dan perhatikan bagian batang bawah yang akan dijadikan tempat okulasi.
� Penentuan tempat okulasi, buat tempat sayatan/kupasan/sobekan setinggi 3 kali
tinggi/panjang silet dari batas akar dan batang, karena bila okulasi pertama gagal
setelah 3 minggu kita bisa mengokulasi lagi tepat berjarak sepanjang silet dibawah luka
okulasi pertama pada sisi yang berlawanan, kalau okulasi ke-2 masih gagal dalam 3
minggu berikutnya kita dapat mengulang untuk yang terakhir kali atau yang ke-3
berjarak sepanjang silet pada sisi yang berlawanan dengan okulasi ke-2 atau sama sisi
dengen okulasi ke-1. Kalau itupun gagal kita bisa gunakan alternatif dengan teknik
sambung pucuk atau kita menunggu tanaman tumbuh lebih tinggi. Tetapi jangan
melakukan okulasi 2 atau 3 sekaligus pada tanaman karena itu akan membuat stress
tanaman.
� Panjang silet sekitar 4 cm, sehingga jarak tempat okulasi pertama adalah setinggi
sekitar 12 cm di atas batas akar dan batang.
� Buang daun dibawah posisi tempat sayatan, untuk memudahkan penempelan atau
tidak menghalangi pandangan.
18
� Penyayatan kulit batang bawah mendatar selebar 3-4 mm dengan 2 atau 3 kupasan,
tergantung pada besar kecilnya diameter batang bawah dan diseimbangkan dengan besar
kecilnya entres, lalu ditarik ke bawah sepanjang lebih kurang 1,5 - 3cm, sehingga menjulur
seperti lidah. Sayatan ini kemudian dipotong � panjangnya atau menyisakan sedikit
sayatan (<1/3 bagian) cukup untuk tempat menahan sayatan atau pola mata entres.
3. Pengambilan mata entres
� Kriteria mata entres yang baik dari segi ukuran:
o Mata entres yang sudah plast/mekar (tidak bagus).
o Mata entres yang besar tapi belum plast/sedang/bentuknya sudah menonjol (terbaik
untuk ditempel).
o Mata tunas kecil/dormant/istirahat (dapat digunakan tapi agak lama melekatnya dan
pertumbuhannya juga relatif lama).
� Kriteria mata entres yang baik dari segi pengerjaan dan bentuk:
o Mudah dikupas (menandakan bawah kambiumnya/jaringannya aktif).
o Kelihatan bernas/sehat/segar.
o Diambil dari ranting yang berdiameter 2-4 mm, atau diameternya sama dengan
batang bawah.
o Warna kulit sama dengan warna kulit batang bawah (ini menunjukkan kesesuaian
secara fisiologis).
� Pengambilan/pengupasan pola mata entres dari atas ke bawah, karena yang
dilekatkan/yang menjadi faktor penentu tingkat keberhasilan adalah lekatan pola
entres bagian bawah rapat dengan pola jendela di batang bawah.Atau dengan kalimat
lain bahwa yang diperlukan adalah sisi bawah yang bersih, karena syarat mutlak agar
tempelan jadi adalah pola mata entres harus melekat/menempel rapat pada sisi
bawah dan salah satu sisi samping, sedangkan sisi atas dan sisi samping lainnya tidak
melekatpun tidak apa-apa, tetapi lebih sempurna kalau semua sisi menempel rapat
(tetapi keadaan tersebut sulit dicapai). Ukuran sayatan mata tempel sedikit lebih kecil
dari ukuran sayatan batang bawah.
� Disayat agak dalam sehingga menembus kayu.
� Tangan kiri memegang ranting yang mau diambil mata entresnya, ibu jari tangan kiri
menahan ranting dan membantu mendorong ke arah atas saat silet ditangan kanan
mulai bergerak membuat sayatan menembus kayu, panjang sayatan sekitar 0.5-1 cm
diatas mata entres dan 0.5-1 cm dibawah mata entres (sayatan mata entes sepanjang
sekitar 1-1.5 cm), sayatan untuk pengambilan entres harus dengan satu gerakan
mulus searah dan tidak boleh dengan gerakan terputus-putus.
� Setelah sayatan melewati mata entres, kemudian membuat keratan melingkar
mengarah miring ke dalam menghubungkan kedua sisi sayatan bidang pola mata
entres, untuk memisahkan mata entres dengan kayu dengan cara mengait pola dengan
ujung silet atau dengan kuku jari dengan sontekan halus sehingga terlepaslah kulit
yang membawa mata entres dengan kayu dan sayatan kayu tidak terlepas dari ranting.
� Apabila ranting yang terdapat mata entres terlalu kecil, biasanya sayatan ikut
melepaskan kayu terikut dengan sayatan, kalau itu terjadi kita masih dapat
memisahkan mata entres dengan kayu tersebut dengan sontekan ujung silet yang hatihati.
Kemudian rapikan irisan sisi bawah entres untuk menghindari irisan sisi bawah
entres dari kotoran atau infeksi, yang menjadi perhatian pola sayatan mata entres
19
harus bersih dari kayu dan apabila dilihat tidak meninggalkan lubang di bekas kulit
mata entres, maka sayatan pola mata entres tersebut siap untuk ditempelkan.
4. Menempelkan mata entres ke sayatan batang bawah
� Ambil sayatan mata entres, masukkan, lekatkan, tempelkan, tancapkan dan tekan
entres pada sisa sobekan di batang bawah.
� Prinsipnya semakin cepat penempelan dari pengambilan entres semakin baik, persen
jadinya makin tinggi.
5. Pengikatan
� Ambil tali dan tarik tali plastik yang disiapkan untuk pengikatan, pengikatan dari
bawah tempelan melingkar ke atas dimulai sekitar 0.5 cm di bawah sayatan/jendela,
tali plastik disusun saling tindih seperti menyusun genting, pengikatan dengan hatihati
jangan terlalu kencang (mengganggu proses penyatuan batang bawah dan
entres), atau kurang kencang/kendur (air bisa masuk ke luka tempelan, sehingga
menginfeksi tempelan) gunakan perasaan dalam pengikatan.
� Pengikatan di dekat mata entres harus lebih hati-hati, ikat bagian bawah mata entres
menuju bagian atas mata entres, ikat arah menyilang menuju bawah mata entres, ikat
bagian bawah mata entres, kembali menyilang ke atas mata entres usahakan sekitar
mata entres terikat sempurna sehingga air tidak masuk ke dalam tempelan. Lanjutkan
pengikatan ke arah atas sampai ikatan menutupi 0.5 cm diatas luka sayatan batang
bawah, lalu kunci ikatan dan tarik tali plastik dan potong/rapikan sisa tali plastik.
� Mata entres yang besar atau menonjol, semisal pada durian tidak ditutup tali plastik
saat pengikatan, tangkai daun dipotong penuh/biasanya tangkai daunnya sudah
tanggal dengan sendirinya bila mata entres sudah besar.
� Mata entres yang masih kecil ditutup dengan tali plastik, tetapi disiasati dengan
menyisakan potongan tangkai daun dibawahnya agak panjang sedikit, sehingga walaupun
di tutup tapi sisa potongan tangkai daun masih mampu melindungi mata entres kecil
dari tekanan pengikatan tali plastik sehingga cukup ruang untuk tumbuh dan mata
entres tidak patah. Jika mata tunasnya tidak menonjol seperti pada mangga dan jeruk,
mata tunas boleh ditutup rapat dengan pita plastik (Gambar 3 dan Gambar 4).
20
21
3. Pengambilan mata entres
dari batang atas
4. Mata entres terpisah dengan
batang atas
1. Okulasi dengan
menggunakan bibit
berdiameter 3-5 mm,
berumur 3-4 bulan
2. Pembuatan 2-3 sayatan di batang
bawah
5. Mata entres terlepas dengan
kayunya
6. Mata entres terlepas tanpa
kayunya dan siap ditempel
22
8. Pengikatan dengan tali plastik 9. Arah ikatan dari bawah
ke atas
10. Setelah 2-3 minggu okulasi
sudah dapat dibuka
11. Mata tunas tumbuh hasil okulasi
7. Menempelkan mata
entres ke sayatan batang
bawah
23
e. Kegiatan sesudah okulasi
� Untuk mendorong tumbuhnya mata tunas atau pertumbuhan batang bawah seimbang
antara pertumbuhan keatas dan menyamping, sehingga cukup makanan untuk proses
melekatnya tempelan entres, dilakukan pemotongan pucuk (titik tumbuh) batang
bawah setelah penempelan.
� Biasanya 2-3 minggu kemudian mata okulasi mulai tumbuh dan dimulailah pembukaan
entres. Kita buka ikatan paling atas dengan silet dan dilanjutkan dengan memutar tali
ikatan berlawanan dengan arah pengikatan secara perlahan dan hati-hati ke arah ikatan
yang lebih bawah.
� Tanda dari keberhasilan okulasi adalah mata entres yang ditempelkan tetap hijau, segar,
tidak kering, atau tidak patah. Mata tunas tumbuh, kalaupun belum kelihatan tumbuh
dapat dengan menggores sedikit permukaan sayatan mata entres yang kita tempel
apabila tetap segar/hijau berarti tempelan jadi. Tempelan yang gagal mata tempelnya
akan berwarna coklat kehitaman.
� Setelah mata tunas okulasi mempunyai 2-3 helai daun yang dewasa dan siap berfotosintesis,
lakukan pemotongan kira-kira 2-3 cm di atas mata okulasi batang bawahnya.
� Agar pertumbuhan mata tunas batang atas tidak terganggu, tunas yang tumbuh dari
batang bawah harus dibuang.
f. Pemeliharaan bibit setelah okulasi
� Penyiraman paling lama 2 hari sekali, dilihat ada tidaknya hujan, yang harus diingat
bahwa tanaman yang kita tempel mengalami pelukaan/stress sehingga memerlukan
makanan, air dan perawatan yang lebih.
� Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun seperti Atonik, Metalik
atau Gandasil D dengan konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK (15 : 15
: 15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini dilakukan seminggu sekali.
Selain itu pemupukan dapat juga diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per
tanaman yang dilakukan sebulan sekali.
� Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat hama. Biasanya hama yang
menyerang tanaman di pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun.
Insektisida yang digunakan, misalnya Supracide 25 WP, Decis 2.5 EC, Reagent 50 SC
atau Decis 2.5 EC, Matador, Kanon dengan konsentrasi 2 cc/l air. Perlu ditambahkan
perekat semisal Suntick, apabila penyemprotan pada musim hujan.
� Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit lodoh/busuk daun,
gejala bercak-bercak hitam pada permukaan daun , daun melipat dan melekat satu sama
lainnya, selanjutnya daun menjadi kecoklatan, kering dan mati. Biasanya penyakit yang
menyerang tanaman di pembibitan terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp,
Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang supaya tidak menular
segera dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot
dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP, Benlate dengan konsentrasi 2 cc/l atau
2 g/l air. Penyemprotan diulang seminggu sekali.
24
D. Penyusuan
Istilah penyusuan (approach grafting) merupakan cara penyambungan di mana batang bawah
dan batang atas masing-masing tanaman masih berhubungan dengan perakarannya.
� Keuntungan dari tehnik ini adalah tingkat keberhasilan tinggi, tetapi pengerjaannya agak
merepotkan, karena batang bawah harus selalu didekatkan kepada cabang pohon induk
yang kebanyakan berbatang tinggi.
� Kerugian lainnya bahwa penyusuan hanya dapat dilakukan dalam jumlah sedikit atau
terbatas, tidak sebanyak sambungan atau menempel dan akibat dari penyusuan bisa
merusak tajuk pohon induk.
Oleh karena itu penyusuan hanya dianjurkan terutama untuk perbanyakan tanaman yang
sulit dengan cara sambungan dan okulasi.
a.Tipe penyusuan:
� Susuan duduk untuk mendekatkan batang bawah dengan cabang induknya dibuat parapara
dari bambu. Batang bawah kemudian ditaruh diatas para-para dan disusukan
dengan cabang pohon induk.
� Susuan gantung disebut demikian karena batang bawah yang akan disusukan didekatkan
dengan cabang pohon induk dengan posisi menggantung. Dan polybag batang bawah
kita ikatkan pada cabang batang atas.
b. Cara melakukan susuan sebagai berikut:
� Menyayat batang bawah dengan kayunya sepanjang 2-3 cm, kira-kira 1/3 diameter
batang.
� Hal yang sama dilakukan untuk cabang batang atasnya yang belum dipotong dari induk.
� Keduanya kemudian dilekatkan tepat pada bagian yang disayat. Pada waktu melekatkan
harus diperhatikan agar kambium entres dan batang bawahnya berhimpit.
� Posisi sususan bisa duduk atau menggantung.
� Pemotongan entres dilakukan setelah pertautan berhasil. Biasanya setelah 3-4 bulan.
Tandanya ada pembengkakan disekitar batang yang diikat.
� Agar cabang entres tidak kaget atau stres sebaiknya pemotongan dari induk dilakukan
secara bertahap sebanyak tiga kali.
� Selang waktu pengeratan pertama ke berikutnya adalah seminggu. Pada pengeratan
pertama setelah terjadi pembengkakan cabang entres dikerat 1/3 diameter cabang.
Minggu kedua 2/3 diameter cabang. Minggu ketiga susuan dipotong lepas (Gambar 5
dan Gambar 6).
25
1. Pengupasan batang atas dan batang bawah 2. Penyatuan batang atas dan batang bawah
3. Pengikatan batang atas dan batang bawah 4. Pengikatan telah selesai dan perlu diberi satu
ikatan lagi untuk menguatkan
26
5. Hasil tehnik penyusuan duduk 6. Hasil tehnik penyusuan gantung
E. Mencangkok
Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan
dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal
istilah batang bawah dan batang atas.
Tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi,
karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk.
� Keuntungan pembibitan dengan sistem cangkok:
o Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.
o Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di
pematang kolam ikan.
� Kerugian pembibitan dengan sistem cangkok:
o Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.
o Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang.
o Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong.
o Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga
perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini.
� Media untuk mencangkok bisa menggunakan cocopit atau serbuk sabut kelapa ataupun
cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/pupuk kandang dengan
tanah (1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bambu yang
telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk
media cangkok.
� Waktu pelaksanaan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak
akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu
untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga.
a.Tehnik mencangkok secara konvensional (biasa dilakukan)
� Pertama-tama kita pilih cabang yang sudah sehat dan kuat atau sudah berkayu.
� Ukuran diameternya sekitar 0,5-2 cm, tidak lebih kecil dari ukuran pensil.
� Sebaiknya warna kulit cabang coklat muda atau hijau kecoklatan tergantung jenis
tanaman buah-buahannya.
� Cabang kemudian disayat dengan pisau secara melingkar dan dibuat memanjang ke
bawah sepanjang 3-5 cm atau dua kali diameter cabang.
� Kemudian kulitnya dikelupas sehingga bagian kambium yang seperti lendir tampak jelas.
Kambium ini dihilangkan dengan cara dikerik dengan mata pisau sehingga bersih atau kering.
� Setelah dikerik pada keratan bagian atas diolesi ataupun tanpa diolesi dengan hormon
tumbuh. Sebagai hormon pertumbuhan atau vitamin, contoh Liquinox Start Vitamin B-1
yang banyak dijual di toko pertanian dengan dosis 2 cc untuk 1 liter air. Kalau kesulitan
mencari hormon tumbuh dapat menggunakan pupuk Urea yang dicairkan dengan kadar
1 % atau 1 gr/1 lt air atau hormon tersebut ditambahkan pada media cangkok.
� Siapkan dan atur lembaran plastik (kantong plastik yang sudah dibuka/dibelah) atau sabut
kelapa melingkar menyelubungi batang di bagian bawah keratan (1-2 cm).Posisi lembaran
plastik menghadap ke arah bawah, kemudian diikat dengan tali plastik atau rafia. Balik
posisi kantong plastik ke arah berlawanan/keatas, sehingga akan diperoleh ikatan tali
plastik di dalam kantong plastik (ikatan bagian bawah tidak kelihatan dari luar/lebih rapi).
27
28
� Selanjutnya bekas sayatan ditutup dengan media cangkok, media diatur penempatannya
agar rata menutupi luka keratan sampai melewati luka keratan bagian atas (1-2 cm).
� Lakukan pengikatan bagian atas dan bagian tengah plastik(kalau dibutuhkan).
� Cangkokan dirawat dengan cara disiram secara rutin agar tidak kering atau diposisi atas
cangkokan diberi kantong plastik berisi air dengan satu lubang sekecil jarum untuk irigasi
tetes.Atau irigasi tetes dengan menggunakan potongan batang bambu "bumbung" berdiameter
5 cm diisi dengan air, tanpa dilubangi hanya dikerik/dikupas sedikit bagian kulit bawah yang
nantinya dilekatkan diatas media cangkokan. Posisi bumbung digantung diatas cangkokan
dengan posisi bawah bumbung merapat dengan posisi tengah cangkokan atau ditalikan
melekat dicangkokan. Bumbung ini dapat bertahan selama 3 hari. Biasanya setelah 2-3
bulan pada cangkokan yang berhasil akan tumbuh akar.
� Pada cangkok akar keluar karena aliran zat makanan (karbohidrat) dan auksin (hormon
tumbuh yang mendorong keluarnya akar) mengalir ke bawah melalui kulit kayu (phloem)
dan tertahan di bagian keratan sebelah atas, sehingga pada keratan bagian atas ini
penimbunan karbohidrat dan hormon jadi meningkat dan berbentuk kalus yang
berubah menjadi akar tanaman.
� Apabila akar sudah memenuhi media, hasil cangkokan dianggap berhasil. Daun pada
cabang terlihat segar. Cangkokan sudah bisa dipotong atau disapih dari induknya.
Pemotongan cangkokan yang sudah tumbuh ini dilakukan dengan menggunakan gunting
stek atau gergaji di bawah ikatan cangkok.
� Setelah dipotong dari induknya sebagian daun dikurangi untuk menghindari penguapan
yang berlebihan. Potong 1/2 - 1/3 helai daun dari seluruh daun yang ada dengan gunting
stek. Plastik pembungkus media dilepaskan. Setelah itu cangkok disemaikan dalam polybag.
� Sebagai media cangkok di polybag bisa digunakan campuran pupuk kandang dan tanah
dengan perbandingan 1: 2. Selanjutnya polybag ini ditempatkan di tempat yang terlindung
sampai cangkokan menjadi segar kembali (biasanya 3-4 bulan). Setelah cukup besar
cangkokan bisa dipindah ke kebun (Gambar 7).
1. Pengupasan kulit batang 2. Pengikatan lembaran plastik di bawah
kupasan kulit daun
29
b.Tehnik mencangkok dengan media dalam kantong plastik
Tehniknya hampir sama dengan cara mencangkok yang biasa, bedanya adalah media cangkok
kita gunakan cocopit (serbuk sabut kelapa) yang tersedia di toko pertanian atau sabut kelapa
yang sudah kita perlakukan sendiri, sudah lebih dulu dimasukkan ke dalam kantong plastik.
� Perlakuan sabut kelapa :
o Sabut kelapa kita kupas atau dipisahkan dengan bagian kulit luarnya yang keras, yang
kita gunakan hanya sabut kelapa tanpa kulitnya.
o Sabut kelapa kita rendam dalam air, paling lama 1 minggu agar melunak sehingga mudah
dipisah-pisahkan dan hilang kandungan zat yang ada di sabut kelapa tersebut, karena zat
tersebut dapat menghambat pembentukan akar tanaman. Untuk pemakaian cocopit
tanpa melalui perendaman dalam air (dapat langsung digunakan).
o Sabut kelapa dijemur dan dipisahkan serat-seratnya, maka sabut kelapa tersebut
sudah siap digunakan, atau sabut kelapa kita potong-potong lebih kecil.
� Media, serbuk/potongan sabut kelapa kita taruh di wadah.
� Tambahkan hormon pertumbuhan atau vitamin, contoh Liquinox Start Vitamin B-1 yang
banyak dijual di toko pertanian dengan dosis 2 cc untuk 1 liter air.Atau mudahnya 1 sendok
makan = 1 tutup kemasan = 10 cc = 10 ml. Kalau kesulitan mencari hormon tumbuh dapat
menggunakan pupuk Urea yang dicairkan dengan kadar 1 % atau 1 gr/1 lt air.
� Contoh penggunaan media: 2 kg serbuk kelapa kering dicampur dengan 1liter air yang
sudah dicampur dengan 1-3 tetes hormon pertumbuhan, kemudian diratakan hingga
diperoleh campuran yang basah.
� Media tadi dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran � kg untuk diameter batang
yang kecil dan � kg untuk diameter batang yang lebih besar (ukuran kantong plastik
disesuiakan dengan diameter batang yang akan dicangkok).
3. Pengisian media ke dalam lembaran plastik 4.Tehnik pencangkokan konvensional
telah selesai
30
� Isikan media dan padatkan sampai � plastik, kemudian tarik ujung kantong plastik dan
ditalikan. Dari 2 kg media akan dihasilkan 15-20 media dalam kantong plastik. Media
dalam kantong plastik tersebut tahan sampai dengan 1 bulan.
� Cara penggunaan media tersebut tinggal menyobek/mengiris memanjang satu sisi kantong
plastik dan sisi sobekan tadi dimasukkan dari bagian bawah luka bila posisi batang
melintang atau datar, pada posisi batang tegak memasukkan bebas,kemudian diselubungkan
secara merata ke keratan batang tanaman.
� Dilakukan pengikatan, agar media pada posisi yang benar (letak sobekan menghadap ke
atas (bila posisi batang mendatar) dan media rata menyelubungi/menutup keratan/luka
di batang tanaman) (Gambar 8).
� Dengan tehnik ini diperoleh keuntungan:
o Pencangkokan lebih cepat dan ringkas.
o Jumlah tanaman yang kita cangkok bisa lebih banyak per satuan waktu.
o Kita punya persediaan media dalam kantong plastik yang mudah dibawa kemanamana
dan mudah dipakai sewaktu-waktu.
1. Pengupasan kulit batang 2. Pembukaan kantong plastik berisi media
3.Cabang yang sudah dikupas kulitnya
dimasukan ke dalam kantong media
4.Tehnik pencangkokan yang efektif dan
efisien telah selesai
F. Setek
Setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan
tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.
� Keuntungan bibit dari setek adalah:
o Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan
induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya.
o Tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal,
karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang.
o Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis
dan mudah dilakukan.
o Setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik
khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
� Kerugian bibit dari setek adalah:
o Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman
menjadi mudah roboh.
o Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan.
a. Setek Batang
� Setek ini diambil dari batang atau cabang pohon induk yang akan kita perbanyak dan
pemotongan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari.
� Gunting setek yang digunakan harus tajam agar bekas potongan rapi. Bila kurang tajam
batang bisa rusak atau memar. Hal ini mengundang bibit penyakit masuk ke bagian yang
memar, sehingga bisa membusukkan pangkal setek.
� Pada saat mengambil setek batang, pohon induk harus dalam keadaan sehat dan tidak
sedang bertunas.
� Yang dijadikan setek biasanya adalah bagian pangkal dari cabang. Pemotongan cabang
diatur kira-kira 0.5 cm di bawah mata tunas yang paling bawah dan untuk ujung bagian
atas sejauh 1 cm dari mata tunas yang paling atas.
� Kondisi daun pada cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan
demikian seluruh daun dapat melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat
makanan dan karbohidrat. Nantinya zat ini akan disimpan dalam organ penyimpanan,
antara lain di batang. Karbohidrat pada batang ini penting sebagai sumber energi yang
dibutuhkan pada waktu pembentukan akar baru.
� Ukuran besar cabang yang diambil cukup sebesar kelingking. Diameter sekitar 1 cm
dengan panjang antara 10-15 cm. Cabang tersebut memiliki 3-4 mata tunas.
� Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan setengah tua dengan
warna kulit batang biasanya coklat muda. Pada saat ini kandungan karbohidrat dan auxin
(hormon) pada batang cukup memadai untuk menunjang terjadinya perakaran setek.
� Pada batang yang masih muda, kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup
tinggi. Biasanya pada kasus ini hasil setekan akan tumbuh tunas terlebih dahulu. Padahal
setek yang baik harus tumbuh akar dulu. Oleh karena itu, jangan heran kalau pada setek
yang batangnya muda gampang terjadi kegagalan.
� Setek tanaman buah ada yang mudah berakar dan ada juga yang susah. Untuk tanaman
yang mudah berakar seperti pada anggur, setek bisa langsung disemaikan setelah
31
dipotong dari pohon induknya. Tetapi untuk tanaman yang susah berakar, sebaiknya
sebelum setek disemaikan dilakukan dulu pengeratan batang. Selain itu, pemberian
hormon tumbuh dapat membantu pertumbuhan akar (Gambar 9).
b. Setek akar
� Cara penyetekan ini menggunakan bagian akar sebagai sarana perbanyakan tanaman.
Pada setek batang tunas keluar dari mata tunas. Pada setek akar tunas keluar dari
bagian akar yang mula-mula berbentuk seperti bintil. Bisa juga dari bekas potongannya
yang mula-mula membentuk kalus. Dari kalus ini berubah menjadi tunas atau akar.Ada
beberapa jenis tanaman buah yang dapat diperbanyak dengan cara setek akar, antara
lain jambu biji, sukun, jeruk dan kesemek.
� Bahan setek akar harus diambil dengan cara menggali lubang di sekeliling pokok pohon
induk.Yang dipotong adalah akar lateral, yakni akar yang tumbuh kearah samping sejajar
dengan permukaan tanah. Pilihlah akar yang berdiameter sekitar1 cm. Setelah akar
diambil lubang ditutup kembali.
� Akar dipotong-potong dengan panjang antara 5-10 cm. Pada waktu memotong akar ini
harus diperhatikan agar bagian akar yang dekat dengan pohon atau pangkal akar
dipotong secara serong. Bagian dekat ujung akar dipotong secara datar atau lurus. Hal
ini diperlukan sebagai tanda agar pada waktu menyemai posisinya tidak terbalik.
� Media penyemaian setek akar bisa dari pasir. Penyemaian bisa dilakukan di dalam kotak
kayu atau di bedengan persemaian.
� Setek disemaikan dengan cara tegak atau berdiri, bisa juga dengan dibaringkan. Untuk
penyemaian posisi tegak jarak yang digunakan adalah 5x5 cm. Bagian pangkal yang
dibenamkan ke dalam media kira-kira 3 cm atau setengah dari panjang setek.
� Bila penyemaian dengan dibaringkan, maka setek disusun dalam barisan. Jaraknya 5 cm
antar barisan, kemudian setek di tutup pasir, sehingga setek berada pada kedalaman 1,5-
2 cm di bawah permukaan media.
� Setelah 3-4 minggu setek akan bertunas dan berakar.Setek bisa dipindahkan ke polybag setelah
lebih kurang 2 bulan. Selanjutnya disimpan di bawah naungan sampai berumur sekitar 6 bulan.
c. Perlakuan untuk mempercepat pertumbuhan akar pada setek
1. Pengeratan (girdling) pada batang
Penimbunan karbohidrat pada cabang pohon induk yang akan dijadikan setek dapat
dilakukan dengan cara pengeratan kulit kayu sekeliling cabang dibuang secara
melingkar. Lebar lingkaran sekitar 2 cm. Jarak dari ujung cabang ke batas keratan kirakira
40 cm. Biarkan cabang yang sudah dikerat selama 2-4 minggu.
Pada dasar keratan akan tampak benjolan atau kalus. Pada benjolan inilah terjadi
penumpukan karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber tenaga pada saat pembentukan
akar dan hormon auksin yang dibuat di daun. Setelah terlihat benjolan barulah cabang bisa
dipotong dari induknya. Bagian pangkal cabang sepanjang 20 cm bisa dijadikan sebagai setek.
2. Penggunaan hormon tumbuh
Hormon auksin bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau terjadinya akar.
Sesungguhnya tanaman sendiri menghasilkan hormon, yaitu auksin endogen.Akan tetapi
banyaknya auksin yang dihasilkan belum cukup memadai untuk mendorong pembentukan
akar.Tambahan auksin dari luar diperlukan untuk memacu perakaran setek.
32
� Cara celup cepat (quick dip)
o Pada cara ini hormon auksin dilarutkan ke dalam alkohol 50 %.Kemudian ditambahkan
air sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan. Jenis hormon auksinnya bisa IBA, IAA
atau NAA (berbentuk serbuk).
o Konsentrasi yang digunakan berkisar antara 500-10.000 ppm, tergantung jenis
hormon dan jenis tanamannya.
o Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh yang sudah jadi yang banyak
dijual di toko pertanian, seperti Atonik atau Liquinox Start dengan dosis 100-200
cc per 1 liter air (1 sendok makan = 10 cc).
o Batang-batang setek yang akan diberi hormon disatukan. Bisa dengan diikat menggunakan
tali plastik atau karet gelang. Selanjutnya bagian pangkalnya sekitar 2 cm dicelupkan selama
5 detik ke dalam larutan hormon.
o Cara celup ini mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:
- Peralatan yang digunakan sedikit bila dibandingkan dengan cara perendaman.
- Larutan yang sama bisa digunakan berulang-ulang.Yang penting setelah digunakan,
larutan ditutup kembali agar alkoholnya tidak menguap.
- Naik turunnya penyerapan hormon tidak akan terjadi pada waktu pencelupan. Dengan
demikian, banyaknya hormon per satuan luas permukaan akan tetap, tidak tergantung
keadaan lingkungan.
� Cara rendam (prolonged soaking)
o Mula-mula auksin (berbentuk serbuk) dilarutkan dalam alkohol 95%.Kemudian ditambahkan
air sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.
o Konsentrasi auksin yang digunakan berkisar antara 5-100 ppm, tergantung jenis
tanaman dan jenis auksin yang digunakan. Umumnya untuk penyetekan tanaman
buah digunakan konsentrasi 100 ppm dengan lama perendaman 1-2 jam. Bisa juga
dengan konsentrasi 5 ppm, tetapi waktu perendamannya lama, yaitu 10-24 jam.
o Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh yang sudah jadi yang banyak
dijual di toko pertanian, seperti Atonik atau Liquinox Start dengan dosis 1-2 cc per
1 liter air (1 sendok makan = 10 cc).
o Jadi perbandingan dosis auksin pada pencelupan dan perendaman adalah 100 : 1.
o Cara perendaman sebagai berikut:
- Batang setek direndam dalam larutan auksin kira-kira 2 cm dari bagian pangkal.
- Agar penyerapan auksin berlangsung dengan baik, lama perendaman disesuaikan
dengan konsentrasi larutan.
- Perendaman dilakukan ditempat yang teduh dan agak lembab. Hal ini berguna agar
penyerapan hormon berjalan teratur, tidak kurang karena pengaruh lingkungan.
� Cara pemberian dengan tepung tepung (powder).
- Mula-mula auksin dilarutkan dalam alkohol 95%.Ke dalam larutan ini ditambahkan
talek atau tepung sesuai dengan konsentrasi yang digunakan.
- Konsentrasi berkisar antara 1.000-5.000 ppm tergantung jenis tanaman buahbuahan
dan jenis auksin yang digunakan.Alkoholnya kemudian diuapkan.
- Cara pemakaiannya yaitu dengan membasahi pangkal stek dengan air, kemudian
disentuhkan ke dalam tepung. Pangkal setek kemudian diketuk-ketuk agar auksin
yang melekat tidak berlebihan. Setelah itu setek dapat disemaikan dalam media.
33
34
- Pada setiap cara diatas konsentrasi dibuat berdasarkan ppm.Pengertian ppm (part per
million) artinya 1 bagian hormon dalam sejuta bagian pelarut atau tepung. Jadi kalau
kita ingin membuat larutan dengan konsentrasi 1.000 ppm, maka 1.000 mg hormon
dilarutkan dalam 1.000.000 mg pelarut, atau 1 gr hormon ke dalam 1 kg pelarut.
- Pembuatan tepung dengan konsentrasi 1.000 ppm caranya dengan cara
melarutkan 1 gr hormon dalam 500-1.000 cc alkohol 95%. Setelah diaduk sampai
rata, masukkan 1 kg tepung (talc) dan diaduk kembali. Selanjutnya tepung tersebut
dikeringkan sampai seluruh alkoholnya menguap.
- Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh auksin yang sudah jadi yang
banyak dijual di toko pertanian dalam bentuk serbuk dengan berbagi merek dagang.
3. Persemaian setek
Setek yang sudah diberi perlakuan hormon penumbuh akar siap untuk disemaikan.
Untuk itu kita perlu menyediakan tempat yang kondisinya sesuai. Usaha untuk
menumbuhkan setek perlu dilakukan pada lingkungan yang mempunyai cahaya baur
atau terpencar (diffuse light). Kelembaban udara sebaiknya tinggi, sekitar 70-90%, Suhu
mendekati suhu kamar, 25-27oC. Selain itu dalam pembentukan akar setek diperlukan
juga oksigen yang cukup. Oleh karena itu media yang digunakan harus cukup gembur,
sehingga aerasinya baik.
� Penyemaian dalam kotak kayu
o Kotak kayu untuk menyemaikan setek bisa dibuat dari papan dengan ukuran
panjang 80-100 cm, lebar 40-50 cm dan tinggi 20-30 cm. Ukuran kotak bisa lebih
besar atau lebih kecil, disesuaikan dengan banyaknya setek yang akan disemaikan.
o Untuk praktisnya dapat juga digunakan kotak plastik (box semai) dengan ukuran panjang
35-40 cm, lebar 25-30 cm dan tinggi 10-15 cm yang banyak dijual di toko pertanian.
o Media tumbuh bisa menggunakan pasir. Dapat juga menggunakan campuran pasir
dengan sekam padi dengan perbandingan 2:1. Media ini dimasukkan ke dalam
kotak kayu.Tebal lapisan media antara 10-15 cm.
o Lakukan penyiraman dengan gembor, sehingga permukaan media turun dan kompak.
o Sebelum setek disemai, terlebih dahulu dibuat lubang-lubang kecil pada media. Ajir
bambu yang dibulatkan bisa dipakai,atau dapat pula dengan ranting pohon sebesar pensil.
o Perkirakan jarak lubang sekitar 5x5 cm dan dalamnya sekitar 5-7,5 cm atau
setengah dari panjang setek. Setelah itu baru bagian pangkal setek dimasukkan ke
dalam lubang. Bagian media di sekitar setek ditekan perlahan-lahan agar posisi
setek tidak goyah. Selanjutnya persemaian disiram lagi. Kotak kemudian ditutup
dengan lembar plastik bening atau transparan. Sebaiknya kotak ditaruh pada
tempat yang terlindung dari teriknya sinar matahari.
o Penyiraman persemaian perlu dilakukan setiap hari sekali atau tergantung
keadaan.Yang penting media persemaian selalu dalam kondisi basah.
o Biasanya setelah 2-3 bulan setek sudah mulai berakar, tunggu beberapa hari lagi sampai
kelihatannya berwarna coklat.Barulah setek bisa dipindahkan ke dalam polybag.Cungkil
setek dengan bilah bambu secara hati-hati agar perakarannya tidak menjadi rusak.
� Persemaian di bedengan
o Apabila batang setek yang akan kita semaikan jumlahnya banyak maka penyemaian
bisa dilakukan dalam bedengan. Bedengan dibuat dengan arah Utara-Selatan agar
setek bisa menerima matahari secara baik.
35
o Lahan yang akan dibuat bedengan dicangkul sedalam 25-30 cm (sedalam mata
cangkul). Ukuran bedengan dibuat selebar 80-100 cm dengan panjang bedengan
disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk menghindari adanya tanah yang longsor tepi
bedengan bisa dihalangi dengan bilah bambu atau bata merah.
o Bedengan dilengkapi naungan untuk melindungi bibit dari sengatan matahari yang
berlebihan. Naungan yang bisa terbuat dari daun kelapa, daun alang-alang atau
jerami padi. Jika ingin menggunakan naungan dari paranet gunakanlah paranet tipe
75% (sinar yang masuk ke bedengan sebesar 25%).
o Tanah lapisan atas ditaburi pasir setebal lebih kurang 5 cm. Lakukan penyiraman agar
media basah. Setelah itu batang setek bisa ditancapkan. Jarak setek yang disemaikan
ialah 5x5 cm. Untuk menjaga agar kelembaban di sekitar setek menjadi tinggi,
bedengan disungkup dengan plastik transparan.
1. Entres siap disemai 3. Entres yang sudah
tumbuh akar
2. Entres dicelupkan ke dalam
Zat Perangsang Tumbuh
36
4a. Pangkal entres
berbentuk datar
4c. Pangkal entres
berbentuk sisi dua
4b. Pangkal entres
berbentuk sisi satu
37
G. PEMILIHAN TEHNIK PERBANYAKAN VEGETATIF
Ada lima cara perbanyakan vegetatif buatan untuk tanaman buah yang sudah dikenal oleh
para penangkar bibit dan petani yaitu cara penyambungan, okulasi, penyusuan, cangkok dan
setek. Pada tiga cara yang pertama dikenal adanya istilah batang bawah dan batang atas.
Batang bawah berupa tanaman yang biasanya berasal dari biji. Tanaman dari biji sengaja
dipilih karena mempunyai keunggulan dari segi perakarannya, yakni tahan cendawan akar
dan mempunyai perakaran yang banyak serta dalam, sehingga tahan terhadap kekeringan
dan kondisi tanah yang becek. Sedangkan batang atas berupa ranting atau mata tunas dari
pohon induk yang mempunyai sifat unggul terutama dalam produksi dan kualitasnya. Dari
hasil menggabungkan sifat batang bawah dan batang atas ini diperoleh bibit tanaman yang
disebut bibit enten, okulasi dan susuan. Pada perbanyakan dengan cara mencangkok batang
bawah tidak diperlukan karena pada cara ini perakaran keluar langsung dari cabang pohon
induk yang dicangkok. Sedangkan cara setek pada prinsipnya menumbuhkan bagian atau
potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru menumbuhkan bagian atau potongan
tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.
Kelebihan bibit vegetatif yaitu selain berbuahnya persis sama dengan induknya, bibit juga
berumur genjah (cepat berbuah). Tanaman manggis asal bibit susuan berbuah lima tahun
setelah tanam, sedangkan bibit yang berasal dari biji baru berbuah 10-15 tahun setelah
tanam. Bibit durian okulasi bisa berbuah 4-6 tahun setelah tanam, sedangkan bibit asal biji
berbuah lebih dari 10 tahun setelah tanam.
Beberapa jenis tanaman buah-buahan tertentu sampai saat ini hanya berhasil diperbanyak
dengan cara tertentu pula. Ada jenis tanaman tertentu yang tidak bisa diokulasi karena
banyak mengandung getah. Rambutan dan kapulasan selalu gagal kalau disambung (enten)
karena pengaruh asam fenolat yang teroksidasi dapat menimbulkan pencoklatan (browning).
Resin dan asam fenolat ini bersifat racun terhadap pembentukan kalus. Sedangkan contoh
lainnya adalah belimbing dan manggis yang sulit sekali berakar bila dicangkok karena
kalusnya hanya menggumpal dan tidak mampu membentuk inisiasi (bakal) akar.
Dalam perbanyakan vegetatif tanaman buah-buahan, ada cara perbanyakan tertentu yang
lebih menguntungkan bila dilakukan pada jenis tanaman tertentu pula, sehingga cara
perbanyakannya menjadi cepat dan efisien. Tanaman manggis dan belimbing akan lebih
menguntungkan bila diperbanyak dengan cara enten, sedangkan durian menguntungkan bila
diperbanyak dengan cara okulasi.
Perbanyakan tanaman buah-buahan dengan cara penyusuan walau keberhasilannya tinggi,
tetapi kurang praktis dalam pengerjaannya, sehingga bibit yang dihasilkan per satuan waktu
menjadi sedikit. Sebagai contoh seorang pekerja yang sudah terampil mengokulasi durian,
dalam sehari (8 jam kerja) bisa mengokulasi 350-400 tanaman, sedangkan untuk penyusuan
hanya bisa mengerjakan 75-100 susuan sehari. Oleh karena itu perbanyakan dengan cara
penyusuan hanya disarankan sebagai alternatif terakhir dalam perbanyakan tanaman buahbuahan
seperti pada perbanyakan tanaman jenis nangka kandel yang keberhasilannya kurang
dari 20% bila diperbanyak dengan cara enten atau okulasi.
Dengan diketahuinya cara perbanyakan yang lebih menguntungkan untuk masing-masing
tanaman buah-buahan, maka akan diperoleh efisiensi tinggi dalam pengadaan bibit buahbuahan
secara masal,walaupun dengan menggunakan cara konvensional.
38
Tabel 1. Perbanyakan beberapa tanaman buah-buahan dengan cara vegetatif
Sumber : Mitra dan Citra Cipaku (1993)
Keterangan : (+) baik (o) kurang baik (-) gagal
Tabel 2. Persentase keberhasilan cara perbanyakan okulasi, enten dan penyusuan
Sumber : Sunaryono (1987) dan Wijaya (1990)
Keterangan : nilai dalam persen (%)
Jenis tanaman Okulasi Sambung Penyusuan Stek Cangkokan
Alpukat + + + o +
Belimbing + + + - o
Cempedak + + + - o
Duku o + + - o
Durian + + + - o
Jambu air + - + + +
Jambu biji + + + + +
Jambu bol - + + o +
Jeruk + + + + +
Kapulasan + - + - +
Mangga + + + o +
Manggis - + + - -
Melinjo + + + - +
Nangka + + + - o
Rambutan + - + - +
Sirsak + + + - +
Sukun + + + + +
Jenis tanaman Okulasi Enten Penyusuan
Alpukat 40-70 50-80 70-100
Belimbing 40-60 60-90 60-100
Duku 0-10 40-60 40-80
Durian 60-80 20-60 60-100
Jeruk 60-70 70-85 60-90
Kapulasan 10-40 0 40-80
Mangga 40-70 60-90 60-100
Manggis 0 50-80 50-80
Melinjo 70-80 80-90 70-100
Rambutan 30-70 0 60-100
Sawo 0 70-80 60-90
Sirsak 50-70 60-80 60-90
39
IV. SERTIFIKASI BENIH
Masalah yang perlu diperhatikan dalam usaha pembibitan adalah upaya registrasi dan
sertifikasi varietas bibit yang yang akan disebarkan kepada masyarakat. Pohon induk untuk
sumber mata tunas (entres) harus diregistrasi terlebih dahulu oleh petugas Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Dasar dari Sertifikasi benih adalah:
1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1995,Tentang Perbenihan
Tanaman.
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah.
Tujuan registrasi pohon induk buah-buahan adalah untuk menjamin kebenaran bibit yang
dihasilkan dari pohon induk yang bersangkutan secara hukum (yuridis), sehingga konsumen
tidak dirugikan. Tujuan lainnya adalah untuk menjamin kebenaran suatu varietas. Sebagai
contoh adalah tentang banyak beredarnya varietas sitokong yang berlainan. Jika
diperhatikan, mungkin dapat dikumpulkan sekitar selusin varietas sitokong yang berbeda
ciri tanamannya. Padahal varietas sitokong yang resmi dilepas Menteri Pertanian pada tahun
1984, hanya ada satu jenis. Sedangkan selebihnya adalah jenis-jenis durian yang tidak
diketahui asal-usulnya yang diberi nama sitokong.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengawasan cara perbanyakan bibit perlu diperketat agar
tidak mengecewakan para pembeli bibit. Investasi pohon buah-buahan merupakan investasi
jangka panjang, sehingga bila seseorang membeli bibit palsu, baru diketahui 4-5 tahun yaitu
pada saat pohon tersebut menghasilkan buah. Kerugian uang, tenaga dan waktu akan
menimbulkan kekecewaan yang mendalam, sehingga akhirnya menghambat usaha
pengembangan tanaman buah-buahan. Oleh karena itu dianjurkan membeli bibit yang telah
diketahui ciri-ciri atau bibit yang berlabel.
A. Sertifikasi dan pelabelan benih
Cara melakukan sertifikasi adalah sebagai berikut:
1. Penangkar harus memberi tahu rencana penangkarannya kepada BPSB selambatlambatnya
satu minggu sebelum dimulai pelaksanaan perbanyakan bibit.
2. Pengisian formulir tentang rencana dan jumlah bibit yang akan diproduksi, disesuaikan
dengan kemampuan pohon induk dan tenaga yang tersedia. Bila penangkar akan
mengambil entres dari pohon induk milik orang lain, maka pada pengajuannya
dilengkapi dengan surat persetujuan dari pemilik pohon induk.
3. Setelah pemohonan diterima BPSB maka petugas BPSB akan melakukan pemeriksaan
pendahuluan tentang:
� kepastian letak atau areal penangkaran.
� kebenaran varietas ponon induk.
� perkiraan jumlah bibit yang akan diperbanyak.
4. Setelah diperiksa baru dilakukan perbanyakan bibit.
Pada waktu pelaksanaan perbanyakan, petugas BPSB akan mengawasi tentang:
� Kebenaran pohon induk yang digunakan.
40
� Kebenaran entres yang digunakan.
� Mengetahui jumlah tanaman yang diperbanyak.
� Memeriksa cara perbanyakannya (okulasi, sambung, cangkok, penyusuan).
� Pada akhir pemeriksaan menjelang pelabelan, dilakukan pemeriksaan lagi tentang
jumlah bibit yang tumbuh dengan baik dan layak untuk diberi label.
� Eetelah itu penangkar mengajukan permohonan seri label.
Label diisi dan diajukan ke BPSB untuk diberi nomer seri dan dilegalisir. Di dalam label yang
warnanya merah dimuat data: (Gambar 10 dan Gambar 11)
� Nama dan alamat penangkar,
� Asal bibit.
� Jenis tanaman.
� Varietas batang bawah.
� Varietas batang atas.
� Tanggal pemasangan label.
Gambar 10. Label merah yang dikeluarkan BPSB
41
Besarnya biaya sertifikasi telah ditentukan sesuai SK Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
Sebagai contoh, untuk perbanyakan jenis tanaman buah-buahan di wilayah Jawa Barat dan
Jakarta, terutama varietas buah-buahan yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian, biayanya
adalah Rp 20 per bibit batang bawah yang diajukan dalam pemeriksaan lapang. Penerimaan
hasil pemeriksaan bibit yang diperoleh BPSB ini merupakan pendapatan negara yang harus
disetor langsung ke kas negara. Untuk pembuatan dan pencetakan label merah muda
biayanya antara Rp 200 tergantung negoisasi dengan petugas BPSB tentang mutu kertas dan
cetakan label tersebut, sedangkan untuk label putih biayanya Rp 600,- karena mutu
kertasnya lebih baik. Khusus untuk bibit jeruk bebas CVPD, label hanya berlaku untuk
jangka waktu tiga bulan, setelah itu bibit harus diperiksa ulang tentang kesehatannya. Bibit
yang dinyatakan sehat baru bisa diberi label lagi dengan biaya Rp 20 per bibit.
Selain label merah muda yang sudah sering kita lihat di lapang untuk bibit unggul yang sudah
dilepas melalui SK Menteri Pertanian, sebenarnya ada label biru untuk varietas unggul lokal
yang belum dilepas melalui SK Menteri dan yang terakhir adalah label putih yang
dikhususkan untuk bibit unggul yang sudah dilepas melalui SK Menteri Pertanian dan bibit
tersebut ditanam dengan tujuan dijadikan pohon induk sebagai sumber mata entres. Khusus
label putih pemeriksaan lebih teliti menyangkut jenis varietas batang atas harus berasal dari
pohon induk yang sudah terdaftar dan varietas batang bawah dan dikeluarkan dengan
sepengetahuan BBI (Balai Benih Induk). Sedangkan batang bawah untuk label merah
vaietasnya bisa "sapuan" asalan.
Gambar 11. Label komersial milik Toko Trubus
42
Sebagai tindak lanjut dari pemberian label bagi bibit unggul perlu disertakan informasi atau data
mengenai daerah penanaman yang cocok untuk bibit tertentu. Keterangan mengenai varietas
tertentu cocok ditanam di dataran rendah atau dataran tinggi dan jenis tanah apa yang paling
cocok,perlu diketahui oleh para petani dan konsumen yang ingin menanam bibit unggul tersebut.
Pada dasarnya bibit unggul memerlukan lingkungan tumbuh yang spesifik, agar buah yang
dihasilkannya benar-benar unggul. Misalnya durian petruk yang asli berasal dari Jepara, Jawa
Tengah, kurang memuaskan jika ditanam di daerah Bogor, Jawa Barat. Hal ini disebabkan
karena daerah Jepara, Jawa Tengah memiliki kondisi iklim yang berbeda dengan daerah
Bogor, Jawa Barat. Jepara, Jawa Tengah mempunyai ketinggian sekitar 50 m di atas
permukaan laut dengan iklim yang kering (curah hujan rendah). Sedangkan kondisi tanah
dan iklim daerah Bogor adalah lembab dan banyak hujan, sehingga tidak menunjang sifat
unggul durian petruk. Bibit yang seharusnya berbuah pada umur lima tahun, baru berbuah
pada umur tujuh tahun setelah tanam. Informasi seperti ini harus diketahui para penanam
bibit unggul buah-buahan agar mereka tidak kecewa di kemudian hari.
Selama ini masih beredar kepercayaan bahwa bibit unggul itu akan selalu bersifat unggul
walaupun ditanam di tempat yang sebenarnya tidak cocok. Bahkan ada anggapan bahwa
bibit unggul tidak memerlukan pemupukan dan penyemprotan pestisida, sehingga cukup
ditanam, ditinggalkan, kemudian akan berbuah sendiri dengan lebat. Harapan seperti ini
tentunya hanya merupakan angan-angan dan pasti akan berakhir dengan kekecewaan. Bila
terjadi hal demikian, maka yang dikambinghitamkan biasanya adalah si penjual, bahwa bibit
yang dijual palsu. Padahal pengetahuan dasar si penanam inilah yang tidak memadai untuk
menanam bibit-bibit jenis unggul tadi. Oleh karena itu perlu diingatkan kembali bahwa
kemajuan berupa penemuan bibit unggul varietas baru, perlu diimbangi dengan kemajuan
pengetahuan petani mengenai cara-cara bercocok tanam yang lebih baik.
Peningkatan pengetahuan dapat diperoleh dengan membaca tulisan atau artikel pada
majalah pertanian, mengikuti kursus dan seminar atau menjadi anggota dari suatu
perkumpulan hortikultura. Dengan mengadakan pertemuan yang teratur dapat dibahas
masalah baru yang ditemukan di lapangan dan dicarikan jalan keluarnya. Pengalamanpengalaman
berharga dari sesama rekan petani, dapat dijadikan modal yang sangat berharga
untuk terus maju dalam mengembangkan usaha hortikultura yang semakin cerah. Untuk
informasi lebih lengkap tentang tanaman buah varietas unggul yang telah dilepas dengan SK
Menteri Pertanian dapat dilihat di Lampiran 1. Deskripsi tanaman buah varietas unggul yang
telah dilepas dengan SK Menteri Pertanian.
B. Surat Keterangan Pendaftaran Pedagang Benih (SKPPB)
Dasar dari SKPPB adalah:
1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1995,Tentang Perbenihan
Tanaman.
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah.
Manfaat dari SKPPB adalah :
1. Pembibitan tersebut sudah terdaftar secara resmi di BPSB dan berhak menerima
pembinaan tentang perbenihan dari instansi terkait.
43
2. Meningkatkan kepercayaan konsumen bibit terhadap pembibitan tersebut.
3. Sebagai prasyarat apabila pembibitan mengikuti tender atau menyuplai bibit untuk
proyek pemerintah.
4. Memudahkan waktu pengurusan labelisasi bibit, walaupun penangkar yang tak memiliki
SKPPB pun juga bisa mengajukan labelisasi bibit.
Cara memperoleh SKPPB adalah sebagai berikut:
- Penangkar benih mendaftar di kantor BPSB Kabupaten atau Kota, kemudian petugas
BPSB melakukan pemeriksaan lapang pendahuluan tentang:
o Kepastian letak atau areal penangkaran.
o Jenis dan varietas tanaman yang dibibitkan.
o Kebenaran varietas ponon induk sebagai sumber entres.
o Perkiraan jumlah bibit yang akan diperbanyak.
- Setelah pemeriksaan selesai dan terbukti kebenarannya, maka petugas melaksanakan
pemberkasan untuk diajukan ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan tingkat Propinsi UPTD
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, karena instansi
ini yang berwenang mengeluarkan SKPPB. Kalau sudah lengkap berkasnya, SK akan turun
sekitar 1 bulan kemudian. Biaya pengurusan SKPPB adalah Rp 50.000,- di luar ongkos
transportasi bagi petugas. SKPPB berisi data: (Gambar 12)
o Nama perusahaan.
o Alamat perusahaan.
o Bentuk/status perusahaan.
o Nama pemimpin perusahaan.
o Alamat pemimpin perusahaan.
o Telah terdaftar sebagai.
Dengan ketentuan bahwa setiap akhir tahun harus melapor kembali rencana
pengadaan/penyaluran benih, bersedia mentaati peraturan-peraturan yang berlaku. SKPPB
ini berlaku selama 2 tahun dan sesudahnya harus memperpanjang atau membuat lagi SKPPB
tersebut.
44
Gambar 12. Surat Keterangan Pendaftaran Pedagang Benih (SKPPB)
45
V. TIPS MEMBELI BIBIT TANAMAN
Bibit yang kita beli manfaatnya akan diperoleh setelah beberapa bulan ataupun tahun.
Dengan demikian kesalahan dalam membeli bibit ini akan berakibat fatal bukan hanya
berupa kerugian ekonomi tetapi juga kerugian tenaga dan waktu. Ada beberapa kiat dalam
pembelian bibit yang harus diperhatikan baik itu faktor teknis maupun faktor non teknis.
A. Faktor teknis
a. Membeli di penjual bibit terpercaya
Penjual bibit yang dapat dipercaya memiliki ciri sebagai berikut:
� Terdaftar di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).
� Bibit yang dijualnya telah bersertifikat
� Memiliki pembibitan sendiri atau mengetahui dengan pasti asal penangkarnya sehingga
memudahkan melacak keaslian varietasnya.
� Mengetahui secara pasti varietas bibit yang dijualnya.
� Memiliki tempat penjualan permanen (mangkal) sehingga memudahkan bagi pembeli
yang akan komplain.
Beberapa penangkar dan penjual bibit tanaman buah di Bogor dan sekitarnya dapat dilihat
pada Lampiran2. Daftar penangkar dan pedagang bibit tanaman buah di Bogor dan sekitarnya.
b. Membeli bibit yang unggul atau baik kualitasnya
- Induk berasal dari varietas unggul
Induk yang baik berasal dari varietas unggul, sehat dan telah cukup umur (lebih baik
kalau pohon induk sudah berproduksi). Untuk memastikan bahwa bibit tersebut
berasal dari induk yang baik, cara yang paling baik adalah dengan mengetahui sendiri
secara langsung tanaman induk bibit tersebut. Hal ini tidak sulit dilakukan jika
penjualnya telah dikenal baik oleh pembeli. Pada kondisi seperti ini biasanya pembeli
tahu betul kondisi "dapur produksi" produsen bibit tersebut. Jika tidak memungkinkan
untuk mengetahui secara langsung kondisi tanaman induknya, upaya yang dapat
dilakukan adalah meminta informasi sebanyak mungkin kepada penangkar tentang
induk tanaman tersebut. Untuk mengetahui varietas bibit tersebut, dapat dilakukan
dengan pengidentifikasian ciri-ciri spesifik varietas tersebut.
- Bibit sehat dan berpenampilan baik
o Dalam memilih bibit tanaman, yang perlu diperhatikan pertama kali ialah
pertumbuhan batang, cabang dan daunnya. Selanjutnya dapat diperhatikan juga
penampakan luarnya, apakah ada gejala serangan hama dan penyakit atau tidak.
Bentuk batang dan cabang dipilih yang baik, kelihatan mulus dan kokoh, tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu pendek sesuai dengan umurnya.Tanaman yang kerdil biasanya
kelihatan pendek dari yang seharusnya. Ada pula bibit yang pertumbuhan tingginya
terlalu pesat, sedangkan batangnya kelihatan kecil dan terkesan kurang kokoh.
o Perlu diperhatikan bahwa bibit yang baik biasanya memiliki batang utama yang lurus
dan tumbuh tegak, tidak melengkung. Pada tanaman buah yang memiliki percabangan
banyak, biasanya cabang tumbuh ke segala arah secara merata. Pada pucuk tanaman
dan ujung ranting tampak kuncup daun yang menandakan adanya pertumbuhan.
by : http://jowofile.jw.lt/ebook/files/Tehnik%20Pembibitan%20dan%20Perbanyakan%20Vegetatif%20Tanaman%20Buah_txt.txt
Diposting oleh Nobon Enterprise di 17.19 0 komentar
Label: Penanaman karet